Pages

Sabtu, 28 Januari 2012

Dialogue Expressing Love

In SMA Negeri 1 Sangatta Utara, there was a story about a love that making people confused about their feeling. In this strory Pipit and Arif are boyfriend and girlfriend. Arif has another girlfriend. She is Angel. One day Pipit and Arif hang out. They meet with Angel, So, Angel and Pipit fight to each other. Pipit want to break with Arif. But Pipit still love him. So, kiki come and ask why she looked so angry.
Kiki : What’s wrong with you, Pipit ?
Pipit : No, I’m Okay .
Tono : I think it’s all about Arif. Damn you, Arif !
(Tono say by himself)
 Pipit go with Arif ………
Pipit : Honey, where we want to go ?
Arif : We will go to the night market.
Pipit : Up to you. The important I go with you.
Arif : Okay .
 At the market …………
Arif : Let’s go into the market !
Pipit : Okay .. Honey ….
Arif : Honey, are you hungry ?
Pipit : Yes, I’m hungry honey .
Arif : Let’s we eat at that restaurant !
Pipit : Okay …
 At the restaurant they meet with Angel ………
Angel :Hi … honey … what are you doing here ?
Pipit : Hei… who are you ? why you always called my darling honey ? Who are you ?
Angel :For your information, she is my boyfriend and we will be enganged soon…
Arif : I’m Sorry , Lady . I think you are mistake… I’m not your boyfriend. Maybe we have the same face.
Angel :How could you say like that Arif. You know that I LOVE YOU. It’s a long time I spent all my time and life just for you.
Pipit : I think you’re mistake ……
 At last Arif had to say the truth to Pipit ……….
Pipit : I HATE YOU .. WE BREAK FROM NOW !
 The next day, Pipit looked very sad. Ririn and Kiki come to Pipit.
Ririn :What’s wrong, Pipit?
Pipit : Oh. I can’t hold it anymore. I feel cheated by him.
Ririn :You mean Arif! He’s a bad guy , you know. I ever cheated by him too…
Kiki : Pipit you must take your revenged.
Ririn :Yes, you must do it.
Pipit : But, HOW ???
Kiki : We ask Tono to the that. You know he love you. He will do it for you.
Pipit : GOOD IDEA…
Ririn :Hei, he’s Tono over there ..
Pipit : Tono….come here…
 Pipit tell Tono about their plan to hurts Arif…
Okay, my honey. All for you I will do it….
When they go back from shcoll they wait far from Tono and Arif …
Tono come and give a punch to Arif replied it and fighting happened there…
Pipit come and say that an of that are due to Arif. Arif surprised to see Pipit in the Tono part…
Arif : Pipit are you forget about our love ? Why you in his part ?
Pipit : Who’s Love you. I NEVER LOVE YOU, BAD BOY !
A police come and try to separate the fighting
Sir Wayan : Hei, STOP BOYS and GIRL ! Why you all fighting. Go home. Don’t make a clamor here .
Pipit : From now we break and forget about me and continue your love with your Angel. Tono , Let’s Go !!!
Arif : Pipit, I STILL LOVE YOU !
From that day, they never meet again because Pipit HATE Arif and she be Tono’s girlfriend ….

Selasa, 24 Januari 2012

TAK BERSUARA

Pada hari minggu saya dan keluarga berlibur ke rumah nenekku di desa. Kami berangkat pukul 9.00 pagi. Kami berangkat dengan menggunakan mobil pamanku. Mamahku telah mempersiapkan semuanya dari pakaian sampai bekal untuk diperjalanan. Di jalan kami sangat senang, kami melihat pemandangan yanga sangat indah. Ada hutan pinus, ada petani yang sedang menggarap sawahnya, dan ada satu pemandangan yang sangat menyentuh hati.

Ada anak kecil yang sedang mencari kayu bakar di pinggir hutan dengan menggunakan sepeda kecilnya. Dengan semangatnya dia mengumpulkan ranting -ranting kayu yang telah jatuh dari pohonya. Seperti tidak pernah merasa terbebani dengan pekerjaanya itu.

Tepat di sebelah sepedanya tiba- tiba mobil kami macet, maka kami semua turun dari mobil. Kami mencari tempat yang nyaman untuk bersinggah sementara papahku memperbaiki mobilnya. Aku menghampiri anak yang sedang mencari ranting-ranting kayu itu. Betapa terjejutnya aku saat ku menyapanya tak terdengar satu patah katapun dari mulutnya. Dia hanya tersenyum dan menunjuk ke arah sepedanya sebagai isyarat dia ingin aku mengikutinya kearah sepedanya. Dia menunjuk ke arah pegunungan yang jalanya sepi namun sangat indah. Tiba –tiba dia menarik tanganku dan memaksaku memboncengnya. Tanpa kata lagi ku turuti kemauanya. Ternyata dia ingin mengajaku jalan-jalan melihat pemandangan yang indah di seberang bukit. Menakjubkan!??

Tak lama kemudian aku tersadar bahwa anak yang bersamaku ini tidak bisa berbicara. Dengan bahasa isyaratnya yang sangat sederhana aku bisa menangkap maksudnya. Dia memberiku sebuah singkong goreng yang dia ambil dari tas kecil yang terbuat dari kain. kami makan singkong itu dengan lahap. Betapa tersentuhnya aku melihat anak perempuan kecil yang tidak bisa berbicara dengan rajinya membantu orang tuanya mengumpulkan ranting-ranting kayu. Entah untuk apa ranting-ranting itu karena aku tak berani menanyakanya. Ketika singkong itu sudah habis dia menarik tanganku kembali dan memboncengkanku kembali menuju tempat di mana orang tuaku berkumpul tadi. Sambil menundukkan kepalanya sebagai isyarat penghormatan kepada orang tuaku dia membalikan sepedanya dan mengangkat ranting-ranting itu ke sepedanya . tanpa pikir panjang lagi akupun membantunya. Dan dia pun tersenyum sambil melambaikan tanganya kepadaku dan orang tuaku.

Papah telah selesai memperbaiki mobilnya dan kita meninggalkan tempat itu. Di dalam mobil ku ceritakan apa yang aku lakukan dengan gadis kecil itu dan ternyata orang tuaku telah mengetahui bahwa gadis itu tidak bisa berbicara.

Setelah apa yang aku lihat dan yang aku alami aku mendapatkan hikmah yang luar biasa. Aku jadi lebih bersyukur dengan apa yang aku punya saat ini. Dan membukakan mata hatiku ternyata masih banyak anak- anak di luar sana yang kurang beruntung dan membutuhkan pertolongan. Setelah peristiwa itu aku meminta orang tuaku untuk memberikan bantuan di desa nenekku. Dan sesampainya di rumah nenekku aku mengajak anak-anak kecil untuk makan bersama kami dan memberikan beberapa santunan agar anak-anak itu bisa hidup selayaknya anak-anak.

TIDAK!! AKU DIAM

“Hari ini kau mau datang.
dan kamarku sudah bersih…………..”

Langit sebentar lagi akan berhias warna kemerah-merahan dari cahaya matahari yang condong ke barat. Sedikit awan putih mungkin akan menambah manis biasnya. Warna langit sore ini sama seperti dua puluh tujuh tahun yang lalu ketika aku masih belajar menggambar pemandangan gunung dengan kelepak burung-burung kecil, sawah-sawah yang terjejer rapi, gubug-gubug yang terlihat damai dan satu jalanan yang bengkok membelah kertas gambar, serta langit yang merah marah.

Pernah sesekali ibu bertanya,
“Nak kenapa langitnya berwarna merah bukan jingga?”
“Langitnya sedang marah, bunda!” seruku sambil menatap mata ibu yang teduh.

Lalu pasti ibuku akan tersenyum dan memberikanku krayon warna kuning, dan berkata
“Nak, langit itu baik. Dia tidak pernah marah pada kita, karena Dia sangat baik terhadap orang yang baik.”

Aku tersenyum dan menuruti kata-kata ibuku, dengan sigap aku tumpuk warna merah yang sudah tergambar dengan warna kuning agar menjadi jingga. Iya! jingga yang utuh, jingga yang murni, jingga setiap siapa saja melewatinya pasti akan menyukainya karena Dia baik memberikan keindahan pada kadang akhirnya.

Sekarang, semua itu sudah tidak ada lagi, sudah menjadi ingatan yang bergalayut di langit-langit batok kepala dan tidak mau dipetik. Ibu sudah meninggal, tepat di senja yang merah beberapa bulan lalu setelah luka kecil yang menimbulkan lubang menembus payudara dan paru-parunya. Pada akhirnya ibu menyerah melawan luka dan tidak bisa bernafas lagi. Sedetik setelah ibu menghembuskan nafas terakhirnya, aku tercekat dalam kesedihan pertanyaan, cara terakhir seperti inikah yang Kau berikan pada ibuku. Bukankah beliau adalah manusia yang selalu mengagumi dan memujaMu. Selayaknya pengagum setia, dia pantas mendapatkan akhir yang lebih baik dari ini semua. – Dan aku heran mengapa ibu masih sempat tersenyum dan menyebut-nyebut namaMu sebelum tidur panjangnya?
***

Bagiku selalu mengerikan melewati senja yang seperti ini, kemerahan langitnya dengan semilir menelisik perlahan melewati jendela kamar yang sengaja aku biarkan terbuka, sedang jiwaku merasa seperti akan dirampas oleh hembusan angin.
Inikah waktunya Tuhan?
Waktuku.
Sekelebat bayangan berlalu dihadapanku.
***

Setelah beberapa waktu aku menjadi terbiasa dengan senja yang seperti ini, terbiasa mengahadapinya dengan tersenyum karena aku tahu bahwa tidak lama lagi Kau juga akan datang untukku. Dalam kamar yang tidak begitu luas ini, hanya tiga kali empat meter saja. Tembok yang berwarna putih pucat disalah satu sisi temboknya tersusun beberapa foto tua milik ibu. Lantai keramik tempat membumikan semangat yang luntur diguyur kerasnya kehidupan,  langit-langit yang cukup tinggi untuk memasang mimpi kalau khayalan kelewat batas, - celaka. Disalah satu sudutnya ada lemari tempat menyimpan kesombongan dan keserakahan, lalu aku hanya akan mengenakan pakaian biasa yang rombeng.  Disampingnya ada meja tulis terdiri disitu, hampir tidak pernah aku gunakan. Satu ranjang tidur yang juga jarang aku tiduri, satu loker berada ditepian penuh dengan buku. Dua pasang jendela kaca yang kalau hujan rintik aku bisa mengintipnya dari situ dan kalau Kau sedang bermurah hati memberikan senja, maka aku bisa menyaksikan senja yang merah murung.

Dan kamarku sudah bersih…
Tapi sebenarnya bukan itu semua yang sudah aku persiapkan untukMu saat ini. Setiap langkah dari kehidupan telah aku hitung menurut jangka aturanMu, walau aku tahu apa yang sedang aku cela, aku hujati terhadap takdir-takdir gila yang Kau berikan padaku, pada orang-orang disekitar yang sangat aku sayang adalah semata kekesalanku yang spontan dan masih dalam batas kewajaran tidak menerima keputusanMu. Ketika kembali banyak hal terbuka maka tidak bisa aku tampik bahwa betapa sinergi kekuasaanMu melebih dari apa yang aku pikirkan, lalu aku menyerah dan berbenah seperti sekarang.

Sungguh kamar ini hanya media yang coba aku rapikan sebelum Kau benar-benar tahu siapa aku dan mengambilku dari kamar ini setelah ibuku.

-mungkin kau akan menilaiku dari apa yang ada disekitarku.

Maaf jika aku berburuk sangka padaMu tentang sebuah penilaian, tapi dengan jujur aku mengatakan, aku takut semuanya buruk hanya karena hal sepele duniawi ini. Bukankah aku juga akan menyusul ibuku dengan senyuman? – Begitu banyak cerita tertekan dalam otak dan hati saling ingin menyudahi satu sama lain, Buruk.

Aku…
Baik, mari aku beri tahu sedikit tentang hal ikhwal siapa aku sebelum Kau benar-benar datang hari ini, karena siapapun aku pasti Kau akan lebih memahaminya jauh daripada aku sendiri.

Aku adalah orang yang banyak merasa dan sedikit mengerti, tersesat dalam labirin-labirin berlendir menjijikan sang waktu. Walau banyak buku aku baca, walau banyak bijak aku tanya lalu aku akan selalu terkapar lemas memandangi langit yang diam terhadap ribuan bahkan jutaan hal yang tidak bisa aku mengerti atau setidaknya diberi pengertian, -perhatian.

Aku adalah orang yang tidak mau terdefinisi dan mendifinisi oleh jeratan mata kasat, selagi semuanya menoleh kekanan bisa jadi aku sedang menoleh kekiri. Dan pandanganku yang nanar ketika satu wujud berdiri dihadapanku maka akan selalu terlihat seperti amoeba yang membelah diri jadi dua, empat, delapan dan seterusnya. Ketidak-konsistenan wujud terletak terhubung berbeda pada setiap pemikiran masing-masing dan aku bukan bagian dari yang memutuskan untuk menolak untuk menerima.

Aku adalah orang yang berjejal ingin keluar dari sebuah kungkungan ketidakabadian ini. Berlarian melupakan, kalau perlu dengan sorak rendah riuh aku akan menggeser tukar perwujudan ini. Melompati kilang kegelisahan dan tetap melantunkan berbagai bunyi, agar lebih hangat apa yang sudah aku jalani. Bagiku hidup sama artinya menyerahkan kemenangan dan menukarnya dengan kekalahan beruntun sebelum waktu yang Kau tentukan.

Aku adalah orang yang meruang dengan segala langkah terbawa sampai ke puncak tinggi dan seloroh ke pantai-pantai, namun akan kembali pada kamar ini dengan membawa segala rindu dan dendam dan berakhir dalam banyak tulisan, mengerikan. Sebuah labuhan yang harus aku kunjungi ketika apa yang menggerogoti bentuk-bentuk mulai mengganas dan tak kenal ampun, walau aku sendiri adalah tuan terhadap apa yang aku pikirkan.

“Bakar…bakar” cuma itu bisikan yang terdengar ketika sebentuk naskah selesei tepat sebelum menemui ajalnya - sama seperti aku nanti.

Aku adalah orang yang hanya akan ada di titik yang tidak mungkin  disentuh walau sangat dekat, menemani, berkawan dengan kepedihan dan luka-luka. Sedang sebab kenapa aku harus hidup ternyata kadang pikiranku memang seperti itu. Aku menjemput takdirku sendiri, menginginkan awan gemawang runtuh jadi hujan dan disitulah berbeda antara aku dan hujan.

Aku adalah orang yang sangat pekat, berjarak ribuan kilo dari pemikiran manusia pada umumnya, sesekali aku menolak, sesekali aku bermuara pada kebingungan pementasan hidup, Ahh…sungguh culasnya aku. Tapi bisakah Kau rasakan energi yang meledak dari bentuk-bentuk ketidak patuhanku ini? – mata adalah jala yang menjaring makna dan segala yang terdetik dalam pikiran dan hati hanyalah tipuan.

-Tiada reinkarnasi.

Cukup
Ahhh! tapi sungguh Kau pasti mengenaliku lebih dari aku sendiri, sungguh benar hidup cuma seperti permainan yang berputar bekutat membalik pada titik azimtut, tua, lemah dan siap untuk tidak di ingat.

Dan aku mulai berbaring memejamkan mata, sambil mengatur ritme nafas, tersenyum seindah mungkin. Ibu, senyuman ibuku yang kudus seakan mensucikan kegundahan ini.

Ayo! Silahkan sesiap apapun akan ada ragu, tapi biarlah aku sisakan sedikit keraguan sepantasnya manusia yang tetap masih manusia.

Jika kamu jadi datang hari ini aku sudah bersiap,
dan kamar sudah bersih.

*Langit sedang cerah dan layar-layar siap dikembangkan.

Bawalah aku, kemanapun Kau berkehendak.
pun aku tidak percaya reinkarnasi dan kehidupan sesudah mati, tapi biarkan aku setidaknya bisa tersenyum.

SEBUAH CITA DAN CINTA YANG SEDERHANA

Pada hari minggu saya dan keluarga berlibur ke rumah nenekku di desa. Kami berangkat pukul 9.00 pagi. Kami berangkat dengan menggunakan mobil pamanku. Mamahku telah mempersiapkan semuanya dari pakaian sampai bekal untuk diperjalanan. Di jalan kami sangat senang, kami melihat pemandangan yanga sangat indah. Ada hutan pinus, ada petani yang sedang menggarap sawahnya, dan ada satu pemandangan yang sangat menyentuh hati.

Ada anak kecil yang sedang mencari kayu bakar di pinggir hutan dengan menggunakan sepeda kecilnya. Dengan semangatnya dia mengumpulkan ranting -ranting kayu yang telah jatuh dari pohonya. Seperti tidak pernah merasa terbebani dengan pekerjaanya itu.

Tepat di sebelah sepedanya tiba- tiba mobil kami macet, maka kami semua turun dari mobil. Kami mencari tempat yang nyaman untuk bersinggah sementara papahku memperbaiki mobilnya. Aku menghampiri anak yang sedang mencari ranting-ranting kayu itu. Betapa terjejutnya aku saat ku menyapanya tak terdengar satu patah katapun dari mulutnya. Dia hanya tersenyum dan menunjuk ke arah sepedanya sebagai isyarat dia ingin aku mengikutinya kearah sepedanya. Dia menunjuk ke arah pegunungan yang jalanya sepi namun sangat indah. Tiba –tiba dia menarik tanganku dan memaksaku memboncengnya. Tanpa kata lagi ku turuti kemauanya. Ternyata dia ingin mengajaku jalan-jalan melihat pemandangan yang indah di seberang bukit. Menakjubkan!??

Tak lama kemudian aku tersadar bahwa anak yang bersamaku ini tidak bisa berbicara. Dengan bahasa isyaratnya yang sangat sederhana aku bisa menangkap maksudnya. Dia memberiku sebuah singkong goreng yang dia ambil dari tas kecil yang terbuat dari kain. kami makan singkong itu dengan lahap. Betapa tersentuhnya aku melihat anak perempuan kecil yang tidak bisa berbicara dengan rajinya membantu orang tuanya mengumpulkan ranting-ranting kayu. Entah untuk apa ranting-ranting itu karena aku tak berani menanyakanya. Ketika singkong itu sudah habis dia menarik tanganku kembali dan memboncengkanku kembali menuju tempat di mana orang tuaku berkumpul tadi. Sambil menundukkan kepalanya sebagai isyarat penghormatan kepada orang tuaku dia membalikan sepedanya dan mengangkat ranting-ranting itu ke sepedanya . tanpa pikir panjang lagi akupun membantunya. Dan dia pun tersenyum sambil melambaikan tanganya kepadaku dan orang tuaku.

Papah telah selesai memperbaiki mobilnya dan kita meninggalkan tempat itu. Di dalam mobil ku ceritakan apa yang aku lakukan dengan gadis kecil itu dan ternyata orang tuaku telah mengetahui bahwa gadis itu tidak bisa berbicara.

Setelah apa yang aku lihat dan yang aku alami aku mendapatkan hikmah yang luar biasa. Aku jadi lebih bersyukur dengan apa yang aku punya saat ini. Dan membukakan mata hatiku ternyata masih banyak anak- anak di luar sana yang kurang beruntung dan membutuhkan pertolongan. Setelah peristiwa itu aku meminta orang tuaku untuk memberikan bantuan di desa nenekku. Dan sesampainya di rumah nenekku aku mengajak anak-anak kecil untuk makan bersama kami dan memberikan beberapa santunan agar anak-anak itu bisa hidup selayaknya anak-anak.

PERMINTAAN MAAF YANG TERLAMBAT

Disebuah kota di Jakarta ada sekolah yang bernama SMAN 9 ada sekumpulan anak geng yang bandel dan paling gak bisa diatur dari semua siswi yaitu kita kenal aja mereka bernama Stella , Karin , Fhe. Mereka ini adalah cwek penguasa dan banyak ditakutin disekolah mereka terutama para cwek’’ tapi hanya ada satu cwek yang gak takut ama mrena dia bernama ‘’ Riri ‘’ cwek tomboy, baik, dan maniez.

Keesokan harinya di SMAN 9 kedatangan murid baru dari Bandung dia bernama ‘’ Ariesta ‘’ cwek baru yang cantik, menawan baik, dan polos. Setelah Ariesta memperkenalkan dri dan akhirnya Bu guru menyuru Ariesta duduk disamping Riri disinilah Riri mempunyai sahabat. Ternyata ada yang gak suka ama Ariesta yaitu kelompoknya si Stella dan kawan – kawan mereka gak suka ama Ariesta  katanya si karena semua cwok pada girang kalau lihat dia dan sok kecantikan.

Tapi karena Ariesta gadis anak baik dan polos dihiraukan saja sama Ariesta.dan dia langsung menuju ke kantin untuk nyari si Riri setelah itu

Setelah satu bulan Ariesta sekolah ada aja kejailan yang dilakuin sama temen-temanya Stella, waktu itu Riri lagi gak masuk sekolah karena sakit dan ini saatnya Stella dan kawan’’ merencanakan sesuatu yaitu ingin membuat Ariesta discros.

Akhirnya Stella membuat ide dengan Karin mereka menyuruh Fhe buat naruh Hp dan dompetnya ke tas Ariesta setelah itu Fhe lapor ke pak Kepsek kemudian pak Kepsek memeriksa satu per satu tas mereka semua dan akhirnya dompet dan hp itu ketemu di tas Ariesta dipanggilah Ariesta ke  ruang pak Kepsek dan ditanya.

Kamu mengambil hp dan dompet Fhe  Ariesta ? gak pak sumpah saya tidak tau apa’’ entang hp dan dompet fhe pak jwab Ariesta. Udah kalau kamu gak mau ngaku bpak scors kamu selama satu munggu. Akhirnya selama satu minggu ariesta tidak sekolah dan keesokan harinya riri masuk.
Riri : mana ariesta ya ?
Wahyu : kamu gak tau ya apa yang terjadi kemaren ?
Riri : emangnya ada apa ? yu
Wahyu : ariesta difitna nyuri dompet dan hpnya fhe maka dari itu dia di scors
Riri : apa? KETERLALUAN

Akhinya riri langsung nyamperin kelompoknya Stella dan memaki-maki mereka.

Setelah satu minggu berlalu ariesta masih belum ada kabar dan riri cemas takut ada apa’’ sama ariesta akhirnnya riri berencana setelsh pulang sekolah dia mau ke rumah ariesta tapi setelah istirahat ada berita duka ariesta masuk rumah sakit karena dia terkena leokimia dan sekarang keadaanya lagi kritis setelah mendengar berita seperti ini riri menangis dan klompok si stella mnyesal krena mreka sudah memfitna si ariesta hingga tidak msuk sekolah. Akhirnya  mreka langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat keaddan ariesta tetapi setelah reka sampai rumah sakit ternyata mrekka terlambat Ariesta sudah tiada dia mninggal. Menyesalah stella, karin, fhe karena mreka blum minta maaf sama ariesta. Tapi kata dokter ariesta mnitipkan surat terakhir buat teman’’nya terutama RIRI

Surat qw buat sahabat’’ qw 
Haaiii....... sahabat ku apa kabarnya qw harap kalian semua baik’’ aja hariech ini teman – teman maaf ya kalau aq gk blg’’ kalau aq sakit aq gk mau bikin klian sedih. Riri jaga drimu baik’’ bila esok aq tdak bisa bangun kembali dan Stella, Karin, Fhe aq tau kalian ngelakuin itu semua krena ada tujuannya , aq maafin semua yg kalian lakuin ke aq kok dan aq jgha gk marah. Tapi ada syaratnya tolong jaga Riri jgan sampai dia meneteskan air mata dari mata yang indahnya itu.

Sahabat qw dengarlah aq saat qw  bersedih, saat qw sendri sahabt qw kaulah nafas qw pelita qw seluruh hidup qw,.,.,for ever slamanya sampai ktemu di surg yaaa,.,.,.,AMIEN

By: riesya_purple( siicwekimuetzbaikpinterBaweL@NOsinG.com
Tentang apa arti dari sebuah pertemanan yang abadi dan kekal dan gak akan pernah luntur oleh yang namanya permusuhan

BISIK SEORANG PELACUR

”mohon maaf sebelumnya, saya kurang sependapat dengan apa yg barusan bapak sampaikan.”
”coba kemukakan alasan kenapa kamu tidak sependapat”
”menurut saya, pelacuran adalah bagian kecil dari kebudayaan bangsa ini pak. Ini jelas, bukankah seorang filsup yg menyusun tentang tujuh unsur universal kebudayaan mengatakan salah satu unsur universal kebudayaan adalah mata pencaharian pak?? Ini sudah kita bahas pada pertemuan sebelumnya dan bapak sepakat dengan apa yg ditulis oleh filsuf tersebut. Bukankah pelacuran di negeri ini atas dasar mata pencaharian pak?? Bukan karena para pelacur itu mau melacurkan diri mereka pak, atau mereka yg melacurkan dirinya tidak punya keahlian lain selain menjadi pramunikmat. Melainkan itu fakta bahwa negara sampai hari ini tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan yg layak bagi mereka pak.

”sebagai orang Indonesia, saya tetap tidak sepakat kalau pelacuran dianggap sebagai budaya bangsa ini” dosen Sosial dan Budaya Dasar tadi memotong alasan yg aku kemukakan. Wajahnya yg hitam itu tampak memerah, mungkin dia marah mendengar perkataanku, atau juga merasa dipermalukan dihadapan mahasiswanya sendiri karena perkataannya hari ini sungguh jauh dari apa yg dia sampaikan minggu lalu. Tapi aku terus saja mengemukakan pendapat yg menurutku lebih tepat dari pada apa yg dia sampaikan.
”itu jelas bukan alasan yg ilmiah apa yg bapak sampaikan tadi. Saya juga warga negara bangsa ini pak. Sejujurnya hati kecil saya juga berontak jika pelacuran dikatan bagian dari kebudayaan bangsa ini pak, tapi kita juga tidak bisa menutup mata bahwa fenomena ini telah terjadi di negeri ini, bahkan sebelum nama Indonesia lahir pak.” sontak saja dosen pengajar ku tadi tambah marah, mungkin tidak terima argumennya dibantah mahasiswanya sendiri.

Dengan nada tinggi dia meminta biodata ku dan memintaku menemuinya diruangannya. Belum selesai waktu dia mengajar, dosen tadi meninggalkan ruang kelas. Tindakan ini jelas menimbulkan berbagai macam pertanyaan dikepalaku, bahkan tidak sedikit kawan-kawanku berspekulasi atas kejadian tersebut. Ada juga yg menjadikannya bahan lelucon, sehinngga suasana kelaspun mencair lai setelah tegang beberapa saat.
Tersiar kabar dari ketua tingkat kelasku, dosen tadi memintaku untuk menemuinya diruangan dan meminta maaf padanya. Informasi itu aku tolak dengan tegas. Karena aku merasa apa yg aku ungkapkan diruang kelas tadi adalah ilmiah dan atas dasar yg jelas.

Seperti yg sudah aku duga sebelumnya, tidakan ku yg menolak meminta maaf pada dosen tersebut berujung pada nilai D yg tertera di Kartu Hasil Studi semester ini pada mata kuliah Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar.

Liburan semester kali ini tidak berbeda dengan liburan-liburan sebelumnya. Disaat semua mahasiswa memanfaatkan momen ini untuk pulang kekampung halaman masing-masing untuk sekedar melepas penat setelah menuntut ilmu diperantaun. Tidak sedikit dari mereka juga yg pergi berlibur keluar pulau, bahkan keluar negeri untuk melampiaskan hasrat gaya hidup yg selangit. Sementara aku dan beberapa kawan yg lain masih betah berada didalam kampus  . kami bahu membahu menggarap sebuah pertunjukan yg akan kami pentaskan di Bali. Bali...?? siapa yg tak mengenal keindahan pulau dewata tersebut. Bahkan dunia internasional pun mengakui keindahan panorama pulaunya dan budayanya. Tidak sedikit pula para pelaku industri musik menuliskan bait demi bait  yg melantunkan keindahan pulau tersebut.

Jujur saja, aku tahu tentang bali hanya dari televisi saja. Bahkan bermimpi untuk menginjakkan kaki kepulau tersebut pun aku takberani. Tapi begitu kesempatan itu datang, aku dan kawan-kawan tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Bukan berarti berlibur dan berwisata menjadi tujuan kami. Kami sepakat menjaga orientasi kedatangan kami kepulau tersebut untuk mempertunjukkan hasil proses kami selama ini. Kesempatan pulang kampung pun kami korbankan.

Hari itu, aku dan seorang sahabat yg berbeda lembaga berangkat terlebih dahulu menuju Surabaya untuk mengurus segala sesuatunya termasuk tranportasi dari Surabaya menuju Bali, karena rombongan yg menyusul dua hari lagi menggunakan jalu darat menuju Bali.

Sesampainya di Kota Pahlawan, pikiranku terus terusik tentang fenomena pelacuran yg ku anggap sudah membudaya dibangsa ini.

Setelah istirahat beberapa saat dikampus kawanku di Surabaya, aku mengajak dia untuk ke lokalisasi Dolly yg terkenal se-Asia Tengara dan lokalisasi yg secara resmi dilindungi oleh pemerintah kota dengan alasan pemasukan terbesar di daerahnya.
”boy, ke dolykah??
”mau ngapain?? Kawanku balik bertanya.
”ngapain aja boleh” aku sambil tertawa menjawab pertnyaannya yg menurutku konyol tadi. ”jangan dipikirkan disini boy, ntar kalau udah sampai disana baru kita pikirkan,ok” lanjutku enteng.
”ok deh, aku ngikut aja”
Setelah itu kami sampaikan niat tadi kepada kawan yg membantu kami selama dikota itu. Merekapun menyiapkan dua orang anggota untuk menemani kami ke lokalisasi doly yg terkenal itu.

Sepenjang jalan, tanpa sepengetahuan kawanku, aku telah menyusun rencana apa yg akan aku lakukan selama dilokalisasi tersebut dalam hati. Beberapa saat kami telah tiba di lokasi yg dimaksud.

”kita pisah atau bareng ni??” tanya kawanku
”Kita bareng aja biar nggak susah ntar nyarinya,ok”
Kami mulai berkeliling lokalisasi tersebut hingga tak ada satu bagianpun yg kami lewatkan. Layaknya ikan yg berada dalam akuarium, perempuan-perempuan yg menjajakan diri merekapun dipajang dalam kotak kaca yg besar sehingga para pencari nikmat yg datang malam itu bebas memilih perempuan mana yg mereka pilih untuk memuaskan hasrat mereka. Sungguh, ini pengalamanku yg pertamakali menginjakkan kaki ditempat lokalisasi.

”boy, kenapa ada Wisma Kalimantan disini?? Sampai Wisma Kalimantan 5 lagi?? Apa pekerja disini benar-benar orang kalimantan?? Tiba-tiba aku protes karena melihat plang nama yg aku lihat bertuliskan Wisma Kalimantan.
”entahlah, aku juga pertama kali kesini” jawab kawanku yg tidak nampak rasa penasaran sedikitpun dari raut wajah kusamnya. Entah apa yg dia pikirkan.
Tapi protes yg aku layangkan tadi bukan serta merta membuatku berkeinginan membakar tempat itu atas dasar ketersinggungan. Karena konsekuensinya bisa-bisa aku juga akan ikut dibakar oleh orang-orang yg sumber rejekinya berasal dari keramaian lokalisasi ini. Aku hanya tertawa kecil dalam hati.
Sekarang aku berdiri didepan sebuah wisma yg didalamnya kelihatan penuh oleh para hidung belang yg mencari teman melepas penat malam ini.

Seorang calo mendekatiku sambil menawarkan perempuan-perempuan yg ada didalam kotak kaca tersebut. Aku tahu calo ini penduduk setempat, terlihat dari logat yg dia gunakan.
”masuk mas bro, apik-apik lo mas bro. Anyar-anyar, tenan.”
Akupun memutuskan untuk masuk kedalam ditemani calo tadi. Sepanjang jalan dia terus menunjukkan perempuan-perempuan yg dimaksudkan.
”sing iku apik tenan mas.  De’e iso opo ae lah pokoknya. Tergantung permintaan. Namanya Marni,umurnya 22 tahun mas, de’e durung onok ana’e mas, tenanan lo iki mas. Siip lah pokoknya.” celoteh calo tersebut.
Tanpa pikir panjang aku langsung mempercayai calo tersebut. Walaupun sebenarnya dalam hati dari tadi aku mohon maaf yg sebesar-besarnya pada ibuku, karena kalau dia tahu apa yg aku lakukan malam ini dia pasti marah padaku. Tapi itu tidak mengurungkan niatku untuk menjawab segala pertanyaan yg bergelayutan di otakku saat ini.

Sosok perempuan berbadan sintal itu kini berada dihadapanku. Kami berdua didalam kamarnya. Setelah beberapa saat aku pun memulai obrolan malam itu.
”benar namamu Marni”
”kok tau mas??  pasti tahu dari Yanto ya??” yanto adalah calo yg menawarkan Marni padaku tadi.
”iya”
”bisa kita mulai mas??” dengan manjanya pertanyaan itu dia keluakan. Pertanyaan itu sedikit mengganggu pendengaranku. Bukan tidak mungkin aku akan larut dan kalah pada malam ini yg memang sedang dinggin-dinginnya.
”sebentar, sebelumnya aku minta maaf, aku takut menyinggung perasaanmu, karena aku sadar apapun pekerjaanmu saat ini, kau tetap manusia yg punya perasaan dan kapan saja dan dimana saja bisa tersinggung.”
”ah mas ini bisa saja” potongnya sambil tertawa kecil.
”malam ini aku hanya ingin mengajukan beberapa pertanyaan, untuk memenuhi penelitianku marni” jawabku. Mungkin ini dianggap alasan baginya.
”mas ini wartawan ya??” tanya marni dengan sedikit rasa penasaran.
”bukan mar, aku masih kuliah di perguruan tinggi di kalimantan. Akudatang kesini hanya untuk memenuhi rasa penasaranku. Tidak lebih. Sungguh,aku bukan wartawan”
”syukur deh. Sebab, wartawan bahaya mas kalau ketahuan masuk kesini. Untuk wartawan ada proses yg harus mereka lewati dulu, baru bisa meliput disini mas.” sambil berbicara itu, Marni sebenarnya sambil membuka bajunya perlahan-lahan, tapi keburu ku cegat. Aku tidak mau menodai niat bulat ku malam ini untuk sebuah pembuktian. Marni pun mengurungkan niatnya.

Jujur saja aku sedikit gugup malam itu, karena ini adalah pengalaman pertamaku mewawancarai perempuan pramunikmat.
Malam itu ku awali dengan pertanyaan-pertanyaan yg bersangkutan dengan latar belakang Marni sebelum terjebak dalam ruangan ini. Marni pun menjawab dengan jujur, tidak tampak kebohongan yg tersirat dari wajahnya.

”aku berasal dari kota apel mas, umurku sekarang 25 tahun dan punya anak dua.” sontak aku terkejut mendengar pengakuannya. Berarti aku telah ditipu oleh yanto, calo yg menemaniku tadi. Tapi tak apaplah karena tidak penting bagiku. Aku tidak memotong pembicaraan Marni.
”aku anak ketiga dari enam bersaudara mas, suamiku pergi ntah kemana batang kemaluannya pun sudah tak pernah kulihat lagi” celetuknya.
Akhirnya kuberanikan diri untuk menanyakan hal-hal yg sensitif mengenai perjalan hidupnya sampai bisa berada disini. ”kok bisa sampai kerja disini Mar?? Lagi-lagi aku minta maaf lo mar kalau pertanyaanku ini menyinggung perasaanmu. Kalau kau nggak mau menjawab juga nggak papa kok.”
”santai aja ama aku mas. Mas kan masuk sini nggak gratis. Ya walaupun masnya menolak aku layani, berarti aku akan melayani dengan cara lain mas. Menjawab pertanyaan yg mas ajukan. Impaskan??” sungguh pandai perempuan ini hati kecilku berkata.

”Tapi mas ini sungguh hebat ya. Jarang lo mas yg masuk sini itu ngajak aku ngbrol, pasti maunya langsung ngajak main mas.” dia tertawa pulas sekali. Mungkin sudah jarang dia bisa tertawa sepulas itu.
”gini lo mas, aku itu harus menghidupi ibu’ku dikampung yg merawat anak-anakku yg masih kecil, dan ketiga adek-adekku yg masih duduk dibangku sekolah mas. Aku sudah tidak punya pilihan lain mas. Aku juga tidak punya keahlian yg menjadi kelebihanku mas. Satu-satunya yg aku miliki hanya tubuh ini mas. Kebetulan, waktu gadis dulu, aku menjadi rebutan para lelaki dikampungku mas” Marni lagi-lagi tertawa tapi tidak selepas yg pertama tadi. Mungkin ada rasa penyesalan yg mendalam dari lubuk hatinya, tapi tak kuasa ia lawan karena memang sudah tak ada pilihan lain selain menjual dirinya di tempat ini
”tidak takut di cap masyarakat sebagai sampah masyarakat dan perusak moral bangsa Mar??”
”masyarakat yg mana mas?? Moral yg bagaimana mas??” marni balik bertanya padaku. ”bukankah mereka yg datang kesini itu bagian dari masyarakat juga mas?? Di televisi, setiap hari aku melihat berita tentang koupsi yg melibatkan pejabat teras bangsa ini di semua pelosok mas. Apa itu tidak dianggap merusak moral bangsa mas?? Apakah tindakan korupsi yg mereka lakukan itu tidak dapat dikatakan sebuah praktek pelacuran politik yg sangat merugikan ratusan juta rakyat di negeri ini??” aku kaget mendengar pernyataan dari Marni tersebut, bahkan hampir tidak percaya, karena pernyataan itu keluar dari mulut seorang perempuan yg menjajakan tubuhnya sebagai mata pencahariannya. Tidak salah diawal tadi aku menilai sebenarnya   Marni adalah seorang permpuan yg pandai. Aku melanjutkan pertanyaanku.

”bagaimana tanggapanmu tentang para pemuka agama yg selalu mengkampanyekan untuk menolak segala macam bentuk  pelacuran di negeri ini Marni??”

Dia tidak langsung menjawab pertanyaanku. Dia malah balik bertanya padaku. ”bagaimana juga tanggapan mas tentang korupsi terbesar dalam negeri ini salah satunya berasal dari Departemen yg mengurusi soal Agama??” belum sempat aku menjawab, dia langsung melanjutkan pembicaraanya. ”aku sadar mas, tidak ada satu agamapun di negeri ini yg menghalalkan praktek jual beli birahi mas. Tapi satu hal yg mesti mereka ketahui mas, perempuan yg menjajalkan tubuhnya untuk dinikmati orang lain, bukan serta merta keinginan mereka mas. Ini kami lakukan karena memang kami tak diberikan pilihan lain, bahkan oleh negara ini sekalipun mas. Pekerjaan kami ini justru menguntungkan mereka mas, coba hitung berapa besar pajak yg harus kami keluarkan dalam praktek birahi ini?? Aku pun sebenarnya ingin seperti orang-orang yg menganggap kami ini sampah masyarakat mas, mendapat pekerjaan yg normal dan upah yg layak.” Marni pun larut dalam apa yg baru saja dia kemukakan. Tampak butiran air mulai turun dari matanya yg terlihat sangat penat malam itu, karena sebelum kedatanganku, sudah sebelas tamu yg dia layani.

”kamu masih sering menjumpai Tuhanmu Marni??” aku bertanya seperti itu untuk mengalihkan kesedihannya. Marni tidak menjawab, tapi tangannya menunjuk kearah sajadah dan mukena yg terdapat disudut kamarnya. Diatasnya juga terdapat sebuah yassin kecil. Itu cukup menjawab pertanyaan yg aku ajukan tadi.
”kepada siapa lagi aku curhat mas, kalau bukan pada-Nya. Aku sadar sangat kotor dihadapan-Nya. Tapi aku juga yakin, Tuhan pasti punya rahasia yg harus aku jawab suatu saat mas. Aku juga tidak mau terus-terusan berada di lembah nista ini. Suatu saat aku ingin keluar dan menyusun kembali hidupku yg baru mas. Membesarkan buah hatiku dengan keringat yg halal.”

Percakapan kami malam itu hanya sampai disitu, karena waktu sewa kamar telah habis. Akupun pamitan pada Marni. Marni berterima kasih padaku karena telah mau mendengar curahan perasaannya.

Dua minggu telah berlalu sejak pertemuanku dengan Marni, seorang pramunikmat yg memberikan banyak jawaban atas rasa penasaranku.

Kini aku sudah berada dikampus kembali setelah melakukan pertunjukkan di Bali sekaligus melepas semua penat di pantai Kuta.


PERMINTAAN SEBUAH DIARY

Hari yang melelahkan dengan teriknya matahari dan sapuan udara bercampur debu. Daun-daun berguguran lalu terbang tersapu angin. Terlihat sesosok gadis kecil duduk termenung di kursi taman pusat kota. Terdengar teriakan seseorang dari arah belakang gadis itu.
“Dilla…!” Teriakan itu membuat gadis kecil yang ternyata bernama Dilla itu terkejut dan langsung membalikkan tubuhnya.
“Dilla..!!” teriak orang itu lagi. Setelah dia melihat orang yang memanggilnya itu, mukanya tiba-tiba memerah dan sepertinya ada rasa geram darinya.
“Dilla, kamu ke mana saja, Nak? Ayah mencarimu dari tadi pagi. Kenapa tiba-tiba kamu kabur?” Tanya orang itu yang ternyata adalah ayah Dilla sendiri. Dilla tetap diam. Wajahnya tetap murung dengan sedikit tatapan sinis. Ayahnya mencoba bicara lagi.
“Ayolah, Nak. Beritahu Ayah. Kamu mau apa?” Sang ayah terus membujuknya untuk bicara. Perlahan wajah Dilla mulai kelihatan tenang. Dan ia pun mulai bicara.
“Ayah nggak akan pernah tau apa yang kuinginkan, karena Ayah nggak pernah perhatiin aku. Ayah nggak akan pernah mengerti dan sampai kapanpun Ayah tak

akan bisa mewujudkannya!” ucap Dilla. Ia mengatakan semua yang ada di benaknya. Perasaan yang dulu ia pendam. Dan sekarang perasaan itu sudah memuncak dan tak dapat dikendalikan lagi.
Ayah merengut dan tiba-tiba memarahi Dilla.
“Apa sih yang kamu mau? Ayah sudah memberikan semua yang kamu minta. Pakaian, handphone, laptop, accessories dan barang-barang lainnya yang Ayah rasa kamu tidak gunakan. Sekarang kamu mau apa? Ayah capek… capek… ngeladenin kamu!”
Mendengar ucapan ayahnya, sakit hati Dilla semakin menjadi-jadi. Perlahan air matanya keluar. Tetes demi tetes menggambarkan kehidupannya yang kelam.
“Kalau Ayah memang tak mau ngurusin aku, mendingan Ayah buang saja aku. Biar Ayah nggak capek lagi dan bisa senang-senang dengan kehidupan Ayah yang nggak jelas itu!” Semuanya ia ungkapkan saat itu juga dan akhirnya ia lari pergi meninggalkan Ayahnya.
“Dilla…!!” teriak ayahnya yang lari mengejarnya.
Larian panjangnya tiba-tiba berhenti di depan sebuah rumah kecil yang tak layak huni. Langkah kakinya bagaikan tersedot rumah itu. Ia mencoba mengetuk pintu rumah itu.Namun tak ada orang yang membukakannya. Ia terus mengetuk pintu itu berkali-kali. Namun tetap tak ada jawaban.
 Akhirnya ia mencoba membuka pintu itu. Pintunya tidak dikunci. Ketika ia melihat ke dalam rumah itu, betapa terkejutnya ia. Ia melihat seorang wanita tergeletak tak sadarkan diri dari  balik dinding rumah itu.
“Bunda…Bunda…!!” teriaknya dengan air mata yang terus menetes.
“Bunda..!Bangun Bunda..! Bangun…” Dilla mencoba menyadarkan wanita yang ternyata ibunya. Ibunya Dilla tetap tidak sadarkan diri. Dilla pun mulai putus asa. Ingin rasanya ia membawa ibunya ke rumah sakit. Namun, ia tidak bisa membawa ibunya sendirian. Dan walaupun ia lakukan itu, yang pasti ibunya akan marah dengannya. Akhirnya, ia merawat ibunya di rumah itu, hingga ibunya sembuh.
^_^
Sudah dua hari Dilla menginap di rumah itu. Namun ayahnya tak kunjung menjemputnya. Ada dua alasan yang mungkin terjadi dengan ayahnya hingga ayahnya tidak bisa menjemputnya. Yaitu, satu; karena ayahnya tidak tau rumah ini. Dua; karena ayahnya sibuk dengan pekerjaannya.

Di rumah kecil itu, Dilla lebih merasa ceria. Karena ia merasa tidak kesepian. Di rumah itu, ia mempunyai teman ngobrol, mencurahkan isi hatinya, berbagi suka dan duka, tertawa bersama dan hal-hal menarik lainnya. Ketimbang di rumah besar yang sunyi, sepi, senyap, hanya bertemankan harta yang tidak berguna.

Ibu Dilla sudah sembuh. Dilla pun berpamitan dengan ibunya. Ia takut ayahnya akan marah besar kalau ia tak kunjung pulang. Ia merasa tersiksa dengan perceraian kedua orang tuanya yang berakibat buruk terhadap masa depannya.

Sesampainya di rumah, Dilla langsung masuk ke kamarnya, menguncinya, dan seperti biasa, ia mencurahkan isi hatinya dalam buku harian.

Malam harinya, ayah Dilla pun pulang. Ia langsung menuju kamar Dilla untuk memastikan anaknya itu sudah pulang atau tidak.
Ketika pintu kamar Dilla dibuka, Dilla pun spontan terkejut, ia langsung menyembunyikan buku hariannya.
“Dilla.. Kamu sudah pulang, Nak. Kamu ke mana aja kemarin? Kenapa nggak bilang sama Ayah?” sang Ayah mencoba menginterrogasi Dilla.
“Nginep rumah teman, Yah.” Jawab Dilla singkat.
“Kenapa kamu nginep rumah teman? Emangnya kamu nggak punya rumah?” Tanya ayah dengan nada pelan.
“Ayah! Aku kesepian di rumah ini. Aku tidak merasa bahagia dengan semua harta yang Ayah berikan. Aku cuma minta perhatian dan kasih sayang kedua orang tuaku. Dan kalian selaluu ada di sampingku. Tapi Ayah tidak pernah mengerti apa maksudku!” bentak Dilla. Emosinya memuncak drastis.
 “Terus apa maumu?! Bagaimana Ayah bisa tahu, kalau kamu nggak ngasih tahu Ayah!!” bentak ayah dengan nada tinggi.
Ucapan ayahnya membuat Dilla merasakan sakit yang luar biasa. Sekarang bukan hatinya saja yang sakit, seluruh tubuhnya juga ikut sakit. Dilla merintih kesakitan dan akhirnya pingsan.
Melihat sang anak pingsan, sang ayah langsung membawa Dilla ke rumah sakit. Dan langsung ditangani oleh dokter terhandal.
Sesaat kemudian, dokter keluar dengan wajahnya yang kelihatan pucat. Ayah Dilla pun menghampirinya.
“Penyakitnya kambuh lagi.” Ucap dokter itu.
“Penyakit??” Tanya Ayah Dilla heran.
“Penyakit leukimianya sudah stadium empat!” Lanjut dokter.
Seketika itu pun ayah Dilla terkejut.
Penyakit leukemia? Stadium empat? Batinnya.
“Maaf, Dok. Setahu saya, anak saya tidak pernah mengidap penyakit leukemia. Apalagi sampai stadium empat. Saya tidak mengerti maksud Anda!” Ucap Ayah Dilla.
“Bapak jangan bercanda. Dilla itu pasien lama saya. Sudah 2 tahun ia saya tangani. Kok Bapak sampai tidak tau masalah ini?” Jelas dokter dengan wajah bingung.
Ayah Dilla semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan dokter tersebut.
Sudah 2 tahun? Tapi mengapa Dilla tidak pernah mengatakannya? Batinnya lagi.
“Dok, boleh saya masuk ke dalam? Saya mau jenguk anak saya!” Pinta ayah Dilla sambil mengarahkan telunjuknya ke kamar tempat anak semata wayangnya itu dirawat.

Di dalam kamar itu, ia melihat seorang gadis kecil mempertaruhkan nyawanya melawan sakit yang menderanya. Dimanakah sosok seorang ayah yang dia punya? Mengapa ia tak tau apa yang terjadi dengan anaknya? Apakah batin seorang ayah dengan anaknya tidak terikat? Ditengah lamunannya, ia dibuyarkan oleh secercah suara kecil. Ya, suara Dilla.
“Ayah..” ucapnya lemah.
“Iya, Nak.” Ujar ayahnya sambil meneteskan air mata.
“Ayah.. Aku mau minta sesuatu dari ayah. Aku mau…” Ucapan Dilla semakin lemah. Denyut nadinya semakin cepat. Nafasnya terengah-engah. Dan pada saat itu, detik itu, Dilla menghembuskan nafas terakhirnya sebelum mengatakan keinginannya itu.
Tangisan langsung meluap dari kedua mata sang ayah. Sampai akhir hayat anaknya, ia tidak dapat mengabulkan permintaan anaknya itu.
 Dan sekarang ia tidak tau harus bagaimana. Ia tidak tau apa yang anaknya inginkan. Dan ia tidak tau bagaimana mewujudkannya.
^_^
Dua hari setelah kepergian Dilla, sang ayah terus saja berdiam diri di rumah. Ia sekarang sadar, harta yang paling berharga baginya bukanlah uang tetapi keluarga. Ia pun mencoba mengenang Dilla dengan masuk ke dalam kamar Dilla. Ia membereskan kamar anaknya itu. Ketika ia sedang membereskan tempat tidur, tak sengaja ia menemukan sebuah diary di bawah bantal. Ia pun kemudian membuka diary itu, dan membacanya.

Deardiary…
Aku tak tau apa yang sedang ku alami
Semuanya berubah begitu saja.Perceraian Ayah dan Bunda telah membuatku    
larut dalam kegelapan
Aku tak bisa melihat masa depanku nanti.
Sekarang aku mencoba menahan penyakit leukemiaku. Aku tidak ingin mereka 
mengetahuinya. Aku tidak ingin kedua orang tuaku saling menyalahkan.
Cukup aku yang merasakan sakit ini.

Deardiary…
Ya Allah…
Kenapa Kau berikan cobaan ini kepadaku?
Kenapa Kau memberikan sakit ke Bundaku?
Kenapa Kau buat Ayah melupakanku?
Kenapa aku tidak pernah bisa menjadi orang yang lebih sabar lagi menahan
cobaan ini.
Ya Allah..
Yang hambaMu inginkan cuma satu. Tolong persatukan keluarga kami lagi.
Tolong satukan Ayah dan Bunda agar Ayah bisa merawat Bunda.
Karena mungkin hamba tidak bisa merawat Bunda lagi.
Karena mungkin Kau akan memanggil hamba.
 Jadi hamba mohon, persatukan keluarga hamba.
Ayah… yang Dilla minta selama ini adalah itu.
Dilla minta Ayah menjemput ibu di rumah kecil di bawah jembatan tua.
Dan Dilla ingin Ayah menjaga dan merawat Bunda untuk selamanya. Hingga
akhir hayat.
Amiiinn… Ya Rabbal A’lamin.

Tetesan air mata berjatuhan. Isak tangis meluap. Sekarang.. saat itu juga ayah Dilla pergi menjemput mantan istrinya itu sesuai kehendak Dilla.

Di rumah kecil itu, ia melihat mantan istrinya duduk termenung. Ia pun mendekatinya dan perlahan mengatakan tentang kepergian Dilla.

Mendengar berita itu, sang ibu langsung menangis. Ia tak dapat menerima semua itu. Namun, ia pun tidak bisa mengelak takdir illahi. Sesuai keinginan Dilla, kedua orangtuanya pun bersatu kembali.

SURAT UNTUK KEKASIH

Maaf, bukan maksudku untuk menjadikanmu boneka dalam kisah ini. Sungguh aku tak bermaksud seperti itu. Atas nama persahabatanlah aku lakukan semua ini. Bukan maksudku tak menggangapmu ada. Andai saja aku bisa mengatakan semua kenyataan ini. Biarlah gemuruh petir dan derasnya hujan di malam ini yang menjadi saksi. Maaf bukan maksudku merekayasa keadaan. 
Sungguh aku tak bermaksud mempermainkan takdir. Maaf, bukan maksudku membohongi nurani. Hanya saja aku tak sanggup melihat kenyataan. Apakah kau percaya bahwa tiap kisah cinta itu selalu happy ending? Aku tak pernah percaya itu. Adakalanya kisah cinta itu bukan happy ending. Apakah kau ingat kisah cinta Romeo and Juliet atau kisah cinta Laila Majnun? Jadi kau tak perlu khawatir. Tak selamanya kisah cinta selalu berakhir dengan senyuman.           

Apakah kau tahu mengapa aku lebih memilih persahabatan daripada cinta? Pasti kau tahu apa jawabnya. Pengorbanan sahabatku untuk mendapatkan cintamu lebih besar. Aku sendiri yang melihatnya. Saat hujan deras di sore hari, ketika dia mendengar kau jatuh sakit, dia berlari tak meperdulikan hujan dan senandung petir yang bergemuruh. Padahal saat itu, tak ada satu kendaraan umumpun melintas. Dia terus berlari menuju rumahmu yang terletak tidak jauh dari taman kota tempat kita biasa menghabiskan waktu untuk melihat pelangi setelah hujan. Tapi sayang, saat itu kau sedang tertidur lelap dan dia tak berani mengusik alam mimpimu. Apa itu belum cukup untuk membuktikan cintanya? Oh ya, apa kau juga masih ingat ? Saat kau lupa membawa peralatan untuk melukis, padahal waktu itu kita sedang ujian praktek menggambar. Dia yang memberikan semua perlatan melukisnya untukmu.

Dia rela dihukum di bawah terik matahari demi kau. Apa itu semua masih belum cukup?Maaf kalau aku tak pernah melakukan apa-apa demi kau. Karna itu, aku menginginkanmu untuk merajut kisah cintamu dengan sahabatku. Aku yakin kisah itu tak akan berakhir dengan air mata. Aku yakin Romeo and Juliet ataupun Lailai majnun tak akan terjadi pada kisah kalian. Yakinlah kasih! Bukan dengaku kisah itu akan berakhir bahagia. Anggaplah ini semua pengorbanan cintaku untukmu. Biarlah aku sendiri yang merasakan akhir yang menyedihkan. Karna ini adalah pengorbanan dan bukan kekalahan. Kau tak perlu khawatir. Jika kau perduli denganku, pergilah bersamanya dan ciptakan kisah cinta yang indah. Kelak jika waktu mempertemukan kita kembali, ceritakanlah kisah indah itu padaku. Agar aku percaya bahwa masih ada kisah cinta yang berakhir dengan senyuman. Jika waktu tak berpihak, biarlah kisah cinta yang indah itu terlukis pada rangkaian warna pelangi yang akan muncul setelah hujan atau terangkai pada nyayian pipit yang menyambut senyum sang mentari dan bersinar bersama cahaya kunang-kunang di tengah redupnya alam.           

Kasih percayalah, Hujan kemarin sore akan memunculkan pelangi yang keindahannya kekal di hati tiap insan yang memiliki cinta. Tenanglah kasih! Jangan kau pedulikan tangisku karna ini tangis yang akan melahirkan pelangi adi warna. Aku yakin, dengan kelembutan dan kehangatan yang dimiliki sahabatku, pelangi itu akan selalu hadir di hatimu sebagai insan yang memiliki cinta.

Minggu, 22 Januari 2012

jilbab lengan

jilbab kerudung lengan spandeks payet merah Home
Jilbab Lengan KCB
kerudung arab lengan panjang payet permaisuri abu muda 01 Home
Kerudung Arab Permaisuri
jilbab kerudung kcb ketika cinta bertasbih hijau army Home
Jilbab Lengan Pendek KCB
bergo langsung manset lengan panjang smok murah marun Home
Jilbab Lengan Panjang Polos
kerudung arab silk lengan panjang ungu anggur Home
Jilbab Lengan Twist Sahara
jilbab lengan panjang twist kuning Home
Jilbab Lengan Panjang Swarovski

koleksi bergo

kerudung arab kaos polos murah marun Home
Kerudung Arab Kaos Simple
bergo cantik anna kcb abu Home
Jilbab Ana KCB
jilbab husna spandeks polos biru dongker Home
Jilbab Husna KCB
jilbab ponco kaos motif cantik murah hitam 01 Home
Jilbab Ponco Motif
jilbab ponco kaos murah cantik kuning 01 Home
Jilbab Ponco Polos
jilbab ponco kaos murah cantik abu Home
Jilbab Ponco Polos

ciput dalaman jilbab

ciput maroko glitter cantik murah merah Home
Ciput Maroko Glitter
ciput syria ninja glitter cantik murah pink Home
Ciput Ninja Glitter
ciput maroko kaos smok toska Home
Ciput Maroko Cepol
ciput dalaman jilbab syria kaos polos cantik abu tua Home
Ciput Syria Kaos Polos
ciput ninja kaos polos murah kuning Home
Ciput Ninja Kaos Polos
ciput ninja maroko kaos gradasi cantik ungu Home
Ciput Maroko Kaos Gradasi
ciput arab kaos april jasmine cantik murah toska Home
Ciput Arab Kaos April Jasmine
ciput maroko spandeks april jasmine smok merah Home
Ciput Maroko Spandeks Smok
ciput konde besar kaos april jasmine murah hijau army Home
Ciput Konde April
ciput syria daleman ninja kaos cepol abu Home
Ciput Syria Kaos Cepol
ciput syria daleman ninja kaos polos tali abu muda Home
Inner Ninja Kaos Tali
dalaman jilbab mesir ciput syria coklat pemda Home
Daleman Jilbab Mesir
ciput arab kaos murah payet ring pink dusty Home
Ciput Arab Kaos Payet Ring
ciput arab kaos murah payet renda ungu Home
Ciput Arab Kaos Payet Renda
ciput arab kaos murah payet ring putih Home
Ciput Arab Kaos Payet Ring
ciput dalaman arab kaos murah ungu tua Home
Ciput Arab Kaos
ciput arab murah terbaru glitter abu 01 Home
Ciput Arab Turki Glitter
ciput arab silang dua warna cantik murah krem 01 Home
Ciput Arab Silang Dua Warna
ciput arab spandeks tabur payet biru toska Home
Ciput Arab Tabur Payet
ciput arab siang malam abu Home
Ciput Arab Siang Malam
ciput arab kombinasi kecil putih Home
Ciput Arab Kombinasi Warna
ciput arab konde bulat payet cantik hitam Home
Ciput Arab Konde Payet
ciput arab kaos konde bulat payet sebar hitam Home
Ciput Arab Konde Payet Sebar
ciput konde besar bupati 01 Home
Ciput Konde Bupati
ciput arab cepol atas spandeks permata hijau army Home
Ciput Arab Cepol Permata
ciput arab cepol atas spandeks tabur payet kuning Home
Ciput Arab Cepol Tabur Payet
ciput arab silang cepol atas cantik murah biru muda 01 Home
Ciput Arab Cepol Silang
ciput arab cepol atas kaos polos murah pink Home
Ciput Arab Cepol Kaos Polos
ciput pet bupati konde atas polos cantik murah kuning Home
Ciput Pet Konde Atas Kaos

jilbab segiempat

kerudung segiempat bolak balik polos cantik murah ungu muda Home
Kerudung Bolak Balik Dua Warna Polos
kerudung segiempat acrylyc china motif bunga pink salem Home
Kerudung Segiempat Motif Bunga Renda
kerudung segiempat bolak balik pelangi polos cantik murah kuning Home
Kerudung Bolak Balik Polos Pelangi
kerudung jilbab islam ktp bunga sebar kecil kuning Home
Jilbab Islam KTP Petal
kerudung jilbab islam ktp katelia pink Home
Jilbab Islam KTP Katelia
kerudung jilbab islam ktp bunga air broken white Home
Jilbab Islam KTP Bunga Air
jilbab kerudung turki import royal garis biru dongker Home
Kerudung Turki Import
jilbab kerudung turki import royal bunga besar merah Home
Kerudung Turki Royal Bunga
jilbab kerudung turki import royal polkadot krem Home
Kerudung Turki Royal Polkadot
jilbab kerudung turki import royal pink sedang Home
Kerudung Turki Royal
kerudung turki jilbab emirate import bunga hitam Home
Kerudung Turki Emirate
kerudung turki jilbab emirate import bunga putih 01 Home
Kerudung Turki Emirate