Pages

Jumat, 31 Agustus 2012

10 Spesies kadal Paling Unik

10 Spesies Kadal Paling Unik Sekaligus Mengerikan

Kadal adalah reptil unik dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa, di banyak tempat terutama di daerah dengan cuaca dengan panas yang ekstrem banyak kita jumpai spesies kadal dengan bermacam-macam bentuk, juga mekanisme adaptasi dan pertahanan yang luar biasa mengagumkan... dan berikut ini adalah 10 Spesies kadal yang paling aneh dan menyeramkan

10. Phrynocephalus

Juga disebut Toadhead Agama, kadal kecil yang tinggal di gurun ini menunjukkan beberapa perilaku anehnya. Mereka berkomunikasi satu sama lain dengan mneurunkan dan menaikkan ekor mereka, tubuh mereka bergetar saat mengubur dirinya sendiri dengan cepat di pasir dan akan menakut-nakuti predator dengan tampangnya yang aneh sekaligus sangar, mulut yang berwarna-warni, terlihat di sini.

9. Brookesia minima

Bunglon adalah reptil yang sangat unik ,dengan jari kaki mereka menyatu menjadi seperti penjepit lobster , ekor mereka dapat memegang, mereka mengekspresikan suasana hati mereka dengan mengubah warna, teropong seperti bola mata mereka bergerak secara independen satu sama lain dan lidah panjang mereka bisa diluncurkan pada masa serangga seperti senapan harpun . Yang Tidak biasa dari jenis bunglon, adalah Brookesia minima, bunglon kurcaci daun, yang menjadi salah satu reptil terkecil yang pernah ditemukan manusia.

8. Phrynosoma


Kadal ini berjuluk "kodok bertanduk", tubuh gemuk meliputi tanduk pelindung yang tebal dan duri. Mendiami lahan kering, lingkungan berpasir, mereka makan semut dan yang mengagumkan membanggakan salah satu mekanisme yang paling mengerikan pada perthanan alam , ketika ketakutan, beberapa spesies dapat mengalirkan tekanan darah di kepala mereka sampai pembuluh kecil di sekitar mata mereka pecah, menyemprotkan aliran darah kepada si penyerang. kemungkinan sejenis darah yang asam ini diambil dari asam pada semut, memungkinkan mamalia predator tahu bahwa menyerang kadal gemuk ini hanya membuang-buang waktu mereka. namun Sayangnya, burung tidak terlalu perduli dengan semprotan kecut ini

7. Moloch horridus


Meskipun sama sekali tidak berhubungan dengan kodok bertanduk, atau kadal "setan berduri" ,"moloch" telah mengembangkan banyak karakteristik yang sama dalam menanggapi lingkungan padang pasir, termasuk badan berduri, kamuflase berpasir dan diet dengan mengkonsumsi semut . Duri mereka membuat kadal ini agak sulit untuk ditelan oleh sang predator,

6. Hydrosaurus pustulatus


Melihat seperti merangkak langsung dari zaman Permian, kadal sailfin Filipina adalah omnivora amfibi pemakan buah-buahan, kacang-kacangan dan mangsa serangga kecil lainnya di dekat sungai tropis. Jari-jari kaki mereka diratakan memungkinkan spesimen kecil untuk melarikan diri predator dengan berjalan di atas air, suatu sifat yang juga dimiliki dengan kadal "Basilisk" atau kadal "JEsus".jantan dewasa yang dikenal mempunyai warna biru yang indah, merah atau bahkan pola warna ungu, yang dapat Anda lihat di sini:

5. Amblyrhynchus cristatus


Iguana laut kepulauan Galapagos ini membanggakan gaya hidup yang tidak dimiliki oleh reptil lain; seperti penguin atau singa laut, mereka menghabiskan seluruh hidup mereka di garis pantai, menyelam ke dalam air untuk makanan mereka. Charles Darwin dikenal jijik oleh hewan-hewan ini ketika ia pertama kali menemukannya, dan menyebut kadal ini dengan julukan "“imps of darkness.”

4. Tokek Terbang


Banyak tokek memiliki kemampuan luar biasa untuk berlari pada permukaan apapun - bahkan kaca yang halus - berkat cabang mikroskopis pada kulit jari kaki mereka, velcro seperti bahan pada tingkat molekuler. Tokek terbang menggunakan kaki berselaput, ekor luas dan kepakan kulit untuk meluncur dari pohon ke pohon, seperti tupai terbang .

3. Heloderma suspectum


hampir mirip dengan "kadal manik-manik," Gila Monster pernah diakui sebagai salah satu kadal di dunia dengan gigitan berbisa, memberikan neurotoksin yang menyakitkan melalui alur gigi tajam ang kecil, Kita sekarang tahu bahwa kadal lain ada juga yang memiliki bisa,meski dengan racun ringan, dan kadal "GIla Monster" masih yang paling beracun

2. Bipes biporus


Kadal tikus meksiko atau "baja Worm" secara teknis bukan kadal ataupun ular, tapi Amphisbaenian.Reptil aneh ini umumnya mempunyai anggota badan yang kurang pada penglihatan, menghabiskan seluruh hidup mereka bawah tanah di mana mereka berburu cacing dan serangga.B. biporus ini cukup aneh, karena memiliki 2 kaki depan dengan cakar keil namun tidak memiliki kaki belakang

1.Varanus komodoensis


Komodo adalah kadal karnivora terbesar yang masih hidup saat ini , kadang-kadang mencapai hampir sepuluh meter panjangnya. Meskipun banyak dari makanan mereka bangkai busuk, mereka juga akan mengejar mangsa hidup yang besar seperti rusa untuk memberikan satu gigitan, setelah itu mereka hanya perlu menunggu saat korban mulai kehilangan darah dan terkena infeksi.Berkat pola makan bangkai , air liur mereka cukup kaya dengan bakteri serius yang bisa melemahkan mangsa, dan studi terbaru menunjukkan bahwa mereka juga memiliki racun.Selain itu, naga asli Indonesia ini dapat mengendurkan rahang mereka, meregangkan leher mereka dan mengeluarkan pelumas lendir berwarna merahuntuk menelan mayat secara utuh.

Game PC buatan anak Indonesia

http://hermawayne.blogspot.com

http://hermawayne.blogspot.com

http://hermawayne.blogspot.com

http://hermawayne.blogspot.com

http://hermawayne.blogspot.com

http://hermawayne.blogspot.com

http://hermawayne.blogspot.com

http://hermawayne.blogspot.com

http://hermawayne.blogspot.com
http://hermawayne.blogspot.com

Minggu, 26 Agustus 2012

RAJA YANG ANGKUH

Diceritakan dahulu kala hiduplah seorang raja. Raja tersebut memimpin dengan baik dan bijaksana. Selama pemerintahannya tidak ada sesuatu yang buruk terjadi di negeri tersebut. Hingga akhirnya yang tidak diinginkan pun terjadi. Suatu pagi, sang raja dan ratu berdiri di balkon istana dan memandang ke penjuru negeri. Hamparan sawah yang menguning-siap untuk dipanen. Lautan yang biru penuh dengan hasil laut yang tidak pernah habis. 


Cerpen Anak-anak
Sang raja berkata kepada istrinya, "Lihatlah istriku negeri yang subur ini. Tidak ada satu  negeri di dunia ini yang dapat menandingi kesuburan negeri kita!". Sang ratu hanya tersenyum dan berkata, "Negeri kita memang subur, raja! tapi kita tidak boleh sombong, kita tidak pernah tahu apa yang ada di negeri lain. Kita tidak pernah melihatnya bukan?" Raja tertawa dengan keras, " Hahahaha. Istriku, aku sendirilah yang akan memastikan bahwa negeri yang kupimpin ini adalah yang terhebat di muka bumi ini." Sang ratu hanya tersenyum dan tidak berani untuk menasihati lagi, takut kalau raja akan marah. Malam hari, raja bermimpi bahwa negerinya diserang oleh negara tetangga dari sebelah timur. Raja terbangun dengan keringat di sekujur tubuhnya. Mengira bahwa mimpinya adalah kenyataan, raja segera memerintahkan seluruh pasukannya untuk menyerang negara yang ada di sebelah timur. Negeri timur yang diserang mendadak kalah, raja menang dan segera menguasai negara timur. 

Berita kemenangannya menyebar ke negara barat, utara dan selatan. Raja merasa bangga atas kemenangannya dan selama sebulan raja tidur dengan sangat nyenyak. Namun, setelah sebulan lewat, raja kembali bermimpi. Kali ini dia diserang oleh negara dari sebelah barat. Seperti sebelumnya, raja segera menyerang negara barat. Kali ini pun raja menang, namun prajuritnya juga telah banyak berkurang akibat perang terus. Berita kemenangannya kembali tersebar luas. Negara utara dan selatan yang telah mendengar berita tersebut menjadi gusar dan khawatir bahwa negara mereka akan menjadi yang berikutnya. Untuk itu, kedua negara tersebut sepakat untuk bergabung dan menyerang negara tengah yang dipimpin oleh raja yang sombong. Raja yang tidak mengetahui rencana tersebut hanya tidur pada malam penyerangan. Tidak tahu bahwa dia diserang oleh kedua negara. Toh, kalaupun raja tahu, apa yang bisa dilakukan. Pasukannya sudah tinggal sedikit. 

Jadi pada malam itu juga raja terbunuh dan seluruh negerinya yang hebat itu diruntuhkan. Negeri timur dan barat kembali dibebaskan. Keempat negara, timur, barat, selatan, dan utara sepakat untuk membagi wilayah dengan adil dan hidup dengan harmonis untuk selama-lamanya. good night!

DONGENG

Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Kisah dongeng yang sering diangkat menjadi saduran dari kebanyakan sastrawan dan penerbit, lalu dimodifikasi menjadi dongeng modern. Salah satu dongeng yang sampai saat ini masih diminati anak-anak ialah kisah 1001 malam dengan tokohnya bernama Abunawas. Sekarang kisah asli dari dongeng tersebut hanya diambil sebagian-sebagian, kemudian dimodifikasi dan ditambah, bahkan ada yang diganti sehingga melenceng jauh dari kisah dongeng aslinya, kisah aslinya seakan telah ditelan zaman.Sedangkan cerita yang berisi tokoh para hewan disebut dengan fabel.

Gigit Jari


Nyak Yety heran ngeliat Inin bengong saat makan, padahal Nyak Yety udah nyediain semurjengkol kedoyanan Inin.
“ Nin, lu kenape? Masakan Nyak udah gak enak lagi ye?”
“ Nyak, aye frustasi nih Nyak. Icha mutusin aye Nyak, padahal sepatu yang aye kredit sama bang Ibay belum lunas.” Inin malah curhat sama Nyaknya.
“ Lho, apa hubungannye sepatu ama cewek?” Nyak Yety heran.
“ Sepatu itu Inin kredit khusus buat jalan sama Icha, Nyak. Biar keren, gaya gitu. Eh, Icha malah mutusin aye. Padahal belum ada dua bulan aye jalan ma die, kok bisa gini sih Nyak? Emang aye jelek banget ye?”
“ Nyak kagak ngerti dah masalah begituan, pokoknye abis makan lu bantuin Nyak benerintali jemuran. Abis ntu, lu nguras empang noh di belakang rumah, kasian ikan gurame babeh, airnya udah kotor. Tar pada sakit lagi, terus mati.” Nyak berlalu dari hadapan Inin yang cuma bisa melongo menahan sakit di dadanya, ternyata Nyak lebih sayang ama ikan gurame piaraan babeh Helmi daripada Inin anaknya sendiri.
***
Icha, mojang asal kota Bandung itu emang cantik banget. Makanya Inin amat bersuka cita ketika Icha menerima cintanya. Namun baru dua bulan mereka jadian, Icha malah minta putus tanpa sebab yang jelas. Inin tambah stress ketika melihat kini Icha dekat dengan Hans, anak baru di sekolah mereka yang asli Bangka Belitung itu emang kece dan cool abis. Inin sih, kalah jauuuhhh!
“ Icha, elu kok tega-teganye mutusin gue? Gue tuh cinte mati ama elu, Icha!” kata Inin memprotes. Ketika mereka berdua sedang berdua di kelas pada jam istirahat.
“Keun wae, atuh, Din. Cinta kita mah udah finish. Jadi biar aja aku bobogohan sama Hans. Hans itu sipit. Jadi kalo aku selingkuh dia gak tau,” kata Icha.
Tak lama kemudian Hans muncul dengan membawa setangkai mawar dan sebatang coklat. Icha langsung sumringah menyambut kedatangannya. Inin hanya mampu meringis menahan tangis. Inin geram, tangannya terkepal kuat. Inin menggebrak meja dan memanggil nama ibunya.
“ Nyaaaakkk!!!” teriakan Inin menggelegar hingga membuat kaca jendela kelas pecah berantakan.
Bersama teriakan Inin, muncul angin kencang yang menerbangkan bangku-bangku di kelas. Rupanya nama Nyak Yetymembawa kekuatan bagi Inin untuk membuat angin bertiup kencang. Dengan langkah tegap Inin maju menghampiri Icha dan Hans yang terbengong melihatnya. Inin merampas bunga mawar yang dibawa Hans kemudian melemparnya ke lantai dan menginjaknya sampe hancur, kemudian dia menyingkirkan Hans dari hadapan Icha. Icha terpana melihat Inin yang terlihat gagah dan mempesona di hadapannya.
“ Inin, maneh ko bisa jadi kasep begini? Oh, Inin…abdi teh bogoh pisan ka maneh,,,”
Inin tersenyum kemudian merangkul Icha yang langsung bergelayut manja di pundaknya. Oh indahnya dunia…
Tapi tunggu dulu, ternyata oh ternyata, semua itu hanya khayalan Inin semata. Mimpi di siang bolong, Inin tersadar dari lamunan indahnya dan melihat Icha yang melenggang pergi bersama Hans. Kenyataan tak seindah lamunan….towewewengg!!
***
Hari ini Inin datang ke tempat les balet Icha, sekotak dodol special telah Inin siapkan untuk dipersembahkan pada Icha, keyakinan Inin setinggi gunung Ciremai kalo dengan dodol itu Icha bakalan balik jadi pacarnya lagi. Begitu Icha selesai latihan balet, Inin segera mendekatinya.
“ Icha, gue bawain dodol nih. Lu pasti suka.”
Icha melirik sekilas pada kotak dodol yang disodorkan Inin.
“ Aduh Inin, maneh teh kamana wae atuh? Jaman udah canggih begini, masa ngasih dodolke cewek? Gak keren ah.” Ucapan Icha membuat Inin tertunduk lesu.
Tak lama kemudian Hans muncul sambil membawa sekotak brownies, Icha menyambutnya dan segera memakan brownies yang dibawakan Hans. Inin hanya bisa memandang cemburu.
***
“ Icha, gue denger dari Nyaknya si Inin. Katanya Inin sakit, dia mogok makan seminggu. Kasihan tuh si Inin, dia pasti patah hati banget di putusin sama elo Icha.” Ajen, cewek yang tak kalah kece dengan Icha itu memang tetangga Inin sejak kecil.
“ Masa sih sampe segitunya? Kasian banget Inin kalo kayak gitu.” Icha jadi berpikir keras.
Siangnya Icha menceritakan keadaan Inin pada Hans dan mengajaknya menjenguk Inin sepulang sekolah nanti.
“Asik dong, beras di rumah emaknya jadi irit,” ujar Hans datar.
“ Kok ngomongnya gitu sih, Hans? Aku baru tahu ya kalo kamu itu gak pedulian orangnya. Mulai sekarang kita gak usah berhubungan lagi!” Icha berlalu dengan muka cemberut dari hadapan Hans.
Tanpa membuang waktu lagi, Icha segera meluncur ke rumah Inin. Ia baru menyadari betapa besar cinta Inin kepadanya. Buktinya Inin sampai mogok makan begitu karena di putusin sama Icha. Sampai di rumah Inin, Icha melihat Inin sedang asyik melahap lontong sayur.
“ Inin, katanya elo sakit dan mogok makan?”
“ Eh, Icha. Ngapain lu kesini? Gue bukannya mogok makan, tapi gue lagi diet karbohidrat, biar gue bisa dapetin cewek yang lebih kece dari elo.”
“ Din, gue nyesel udah mutusin elo. Gue mau kita balikan lagi, yah.” Icha tersenyum manis pada Inin. Ia meraih tangan Inin, tapi Inin menepisnya sambil berkata.
“Lukaku sudah menganga lebar, kamu gak bakal bisa menutupnya lagi. Gue, elo.. end!”
Akhirnya Icha pun gigit jari.

Cerita seorang laki-laki yang cerdik (The Clever man)

Ada empat orang mahasiswa kedokteran yang sedang menempuh ujian terakhir guna mendapatkan gelar dokter. Yang menguji mereka adalah seorang profesor kawakan. Mahasiswa pertama mendapat pertanyaan yang berbunyi, "apa sebabnya wanita sering kali ribut?" Jawabnya tanpa ragu-ragu adalah "Karena mereka mempunyai dua mulut, mulut atas dan mulut bawah." Profesor puas dengan jawaban itu, dan ia diluluskan ujiannya. Mahasiswa kedua mendapat pertanyaan "Tua mana antara 'mulut atas' dan 'mulut bawah'?" Jawab mahasiswa kedua adalah "tentu 'mulut bawah' Prof, karena 'mulut atas' sudah berjenggot sedangkan 'mulut atas' belum." Atas pertanyaan ini profesor juga setuju dan diluluskan ujiannya. Lalu tibalah saatnya mahasiswa ketiga yang diuji. Bunyi pertanyaannya ternyata sama dengan bunyi pertanyaan mahasiswa kedua. Namun jawabnya walaupun sama, alasannya tidak sama, karena alasannya adalah, "karena 'mulut atas' telah bergigi sedangkan 'mulut bawah' telah ompong. Atas jawaban ini sang Profesor juga setuju, sehingga mahasiswa ketiga itupun diluluskan. Berhubung pertanyaan ini adalah pertanyaan kesenangan Profesor, maka pada mahasiswa terakhir pertanyaan itupun diajukan satu kali lagi. Pertanyaannya berbunyi, "Apa benar 'mulut bawah' seorang wanita lebih tua daripada 'mulut atasnya'?" Dengan spontan mahasiswa keempat menyangkal, "salah Prof!" " Lantas bagaimana?" Tanya sang Profesor ingin tahu. Jawab mahasiswa keempat dengan penuh kepercayaan adalah, "karena 'mulut atas' jika hendak minum cukup dengan botol sedangkan 'mulut bawah' masih harus memakai dot." Profesor sependapat dengan mahasiswa terakhir ini, sehingga ia diluluskan dengan predikat cum laude.

THE LITTLE MERMAID

Banyak dari kita yang suka lagu little mermaid yang berjudul ?Under The Sea?, memang lagu yang dinyanyikan oleh Sebastian tersebut sangat terkenalDengan aksen Jamaikanya dia menghibur kita dengan lagu yang menyenangkan itu.

Kisah Little Mermaid ini boleh dibilang memiliki popularitas yang sama dengan Cinderlla dan Putri Salju. Kisah sang Putri Duyung ini pun begitu menyentuh dan disuka oleh banyak orang hingga hari ini dimana sang putrid duyung jatuh cinta terhadap sang pangeran dan hidup bahagia bersama.

Akan tetapi dalam versi sebenarnya, sang Putri Duyung, Ariel, selama menjadi manusia ternyata dibekali dengan pisau yang terselip rapi di balik rambutnya yang panjang dan tebal. Pisau itu adalah alat bela diri Auriel sehingga kalau ada orang yang mencurigai keberadaannya sebagai Putri Duyung, maka dia harus membunuh orang tersebut untuk melindungi jati dirinya dan melindungi keselamatan kerajaan Neptunus dan spesies Mermaid di laut agar tidak menjadi buruan manusia.

Akhir cerita yang sebenarnya ternyata cinta Auriel terhadap pangeran bertepuk sebelah tangan dan sang pangeran meninggalkannya untuk menikah dengan gadis lain. Hal ini membuat Ariel sangat sedih dan memilih untuk membunuh dirinya sendiri dengan pisau yang selalu terselip di rambutnya.

Dari sinilah muncul istilah “Mermaid Tears” (Air mata Putri Duyung).
Hewan Sirenia – atau dikenal juga dengan sebutan Sapi Laut / Sea Cows – disebut pula dengan nama Putri Duyung karena memiliki morfologi tubuh yang mirip dengan gambaran Putri Duyung. Hewan laut ini sering terlihat mengeluarkan air mata. Dan kini Anda sekarang jadi tau kan kenapa dia menangis?

Malam Lebaran


Abdullah meninggalkan rumahnya dengan perasaan sedih. Hari lebaran telah di ambang pintu, sementara ia tidak menemukan sesuatu untuk dipakai, ia tidak berani berbicara dan mengeluh pada ibunya. Sejak kematian ayahnya, ibunya tidak mampu memenuhi kebutuhan adik-adiknya yang masih kecil, dan sebagai akibatnya satu demi satu perabotan rumah lenyap. Ia bisa diam, tapi siapa yang akan membuat adik-adiknya diam karena mereka masih kecil-kecil, tidak tahu bahwa mereka adalah orang fakir yang tidak bisa memiliki sesuatu yang baru, kembang gula, dan mainan yang bagus. Tapi bagaimana semua itu bisa terpenuhi?
Abdullah melintasi lorong-lorong jalan sambil berpikir, sementara kaedua kakinya terus mengantarkannya menuju pasar. Para pedagang menggelar barang dagangannya dengan gembira karena lebaran kian dekat.
"Tuhanku, apa yang harus aku lakukan?"  Abdullah berbisik dalam hatinya dengan sedih sambil melangkah. Di sebuah lorong yang sempit, ia berjalan seraya menundukkan kepala bagai oarang yang putus asa sedang mencari sesuatu yang telah lama hilang. Tiba2 ia melompat gembira, jantungnya berdegup kencang, kedua matanya berbiar, pandangannya tertumpu pada sebuah dompet kuno yang sudah lapuk.
Abdullah segera memungutnya sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, khawatir bila seseprang memergokinya. Saat itu lorong kebetulan sepi. Ia membuka dompet itu dengan sangat hati-hati. Betapa terkejutnya ia saat melihat uang kertas yang amat banyak didalamnya. Ia tidak pernah melihat uang sebanyak itu sejak lahir. Ia membuka kancing bajunya lalu memasukkan dompet itu kedalamnya. Ia lalu berlari kencang seakan terbang diudara.
"Apa yang terjadi pada dirimu, hai Abdullah?"      Ibunya berteriak saat melihat anaknya datang dengan napas tersengal-sengal. Abdullah tidak mampu menjawab, ia hanya menunjukkan dompet tadi ke ibunya, bagaikan seorang yang menyerahkan kemenangan, ibunya mengernyitkan dahi dan memandangnya dengan sorotan mata tajam.
"Tidak bu, aku menemukannya di sebuah lorong," tukas Abdullah gugup. Ia seakaan tahu bahwa ibunya menyangkanya mencuri dompet itu. Ia memandangi wajah adik-adiknya yang berada disekitarnya, lalu berkata, "Aku akan membelikan kalian segalanya, pakaian, kembang gula, mainan, dan lain-lainnya."
"Dari mana kau dapatkan ini?!"  tanya ibunya penasaran.
"Bukankah sudah aku katakan bahwa aku menemukannya di lorong. Apakah ibu tidak mempercayaiku?"  jawabnya.
Itu bukan milikmu! Itu milik seseorang," tukas ibunya.     "Kau harus mengembalikannya kepada pemiliknya. Kalau tidak....!" lanjut ibunya sambil mengancam.
Abdullah berkata " Tidak bu, aku tidak bisa mengembalikannya, karena tidak tahu pemiliknya. Saat itu lorong sepi, mungkin ini anugerah Allah untuk kita di malam lebaran."
"Anugerah Allah lebih mulia dari sesuatu yang kau dapatkan dengan cara seperti itu!" balas ibunya seraya menatap langit.   "Berusahalah mencari pemiliknya, anakku. Mungkin ia orang yang memerlukan uang itu seperti kita."
"Tidak, tidak, bu, " tukas Abdullah sambil mengencangkan genggamannya pada dompet itu.
Seketika ibunya berteriak marah, "Kalau begitu, keluarlah dari rumah! Ibu tidak ingin melihat wajahmu lagi."
Abdullah keluar dan segera menutup pintu. Ia pergi ke pasar sambil berangan-angan membeli pakaian baru untuk lebaran.
Seperti lilin yang mencair, perlahan-lahan kegembiraan dalam hati Abdullah pun sedikit demi sedikit lenyap, hingga ketika sampai di pasar ia merasa sedih. Dari hatinya yang paling dalam ia berpikir, seandainya ia tidak menemukan dompet itu, tentu hati ibunya tidak terluka. Abdullah berpikir dan terus berpikir.
"Mungkin ibuku benar, siapa tahu pemilik dompet ini telah mempersiapkan uang ini jauh-jauh hari untuk membeli pakaian lebaran bagi anak-anaknya. Mungkin sekarang ia sedang risau mencari ke sana ke sini tanpa hasil. Tuhanku, apa yang harus aku lakukan....?"  Abdullah bertanya dalam hatinya seraya menengadah ke langit seakan mencari jawaban.
"Oh, seandainya aku tidak mengusirnya....," pikir sang ibu sambil merapikan kasur anak-anaknya. Salah satu anaknya menjerit dan menangis, " Aku tidak ingin tidur, aku akan menunggu Abdullah pulang."   Anak yang lain berkata, "Aku juga tidak akan tidur. Abangku berjanji akan membeli sepatu baru untukku."
Gelombang kegalauan dan kekhawatiran menerpa hati sang ibu. Beberapa saat lalu, gelap telah menyelimuti angkasa. Sedangkan Abdullah belum juga pulang ke rumah. Ia berpikir apa yang bisa dilakukannya? Ia hanya bisa menanti, sementara pikirannya melayang-layang dihembus kerisauan. Dari dalam lubuk hatinya, sang ibu berteriak, "Wahai Yang Maha Menutup aib, wahai Tuhan!"
"Anak-anak terjaga saat mendengar beberapa kali ketukan pintu. Sang ibu terperanjat. Salah satu anak melompat dan membuka pintu. "Abdullah sudah pulang.....," teriaknya. Semuanya berhamburan menyambut kedatangan Abdullah. Mereka tercengang melihat abang mereka menjinjing aneka bungkusan warna-warni, kembang gula, buah-buahan, pakaian dan kotak-kotak kecil berisi mainan.
Sang Ibu bertanya-tanya dalam hati keheranan, "Bagaimana ia bisa membawa bungusan-bungkusan yang banyak ini?" Ia segera masuk ke kamar, sementara perasaan cemas meremas hatinya, hingga ia tak ikut merasakan tawa gembira anak-anak yang menerima bingkisan lebaran itu.
Bintang-gemintang seakan tersenyum di langit yang jernih di malam itu. "Ini hadiah untukmu, Bu," ucap Abdullah seraya menyodorkan kain indah.
Sang ibu menapik dengan tangannya. Seakan menolak benda kotor, ia berkata, "Tidak anakku, aku lebih baik memakai kafan daripada hadiahmu ini. Kembalikan kepada pemiliknya!"
"Dialah yang memberikan ini sebagai hadiah....apakah ibu menolak hadiah juga?"
Sang ibu mengamati wajah Abdullah sambil mencari-cari jawaban dan menduga-duga.
"Aku akan ceritakan semuanya pad ibu,"  tandas Abdullah sambil duduk dihadapan ibunya.
"Aku telah mengembalikan dompet itu tadi kepada orang tang ibu kenal, dia adalah tetangga kita yang baik hati, Pak Sholeh. Aku yakin ibu dapat membayangkan bagaimana gembiranya ia saat aku kembalikan dompetnya yang terjatuh. Ia berkata dengan gembira sampai meneteskan air mata bahwa itu satu-satunya yang ia miliki, lalu berkata pada teman-temannya, "Dunia tidak akan pernah kosong dari orang-orang baik."
"Ia mendesakku untuk menerima sebagian uang untuk membeli bingkisan hari raya. Lalu ia berkata, "Di mana saja kau? Aku sejak lama mencarimu!" Padamulanya aku terheran-heran dengan ucapannya itu, tapi akhirnya paham ketika pak Sholeh melanjutkan ucapannya, "Maksudku, sejak lama aku mencari anak yang jujur sepertimu,"
"Bu, itu berarti mulai saat ini aku bukan anak yang tidak memiliki pekerjaan." Abdullah menceritakan hal itu sambil mengusap air mata ibunya. Ia kini bekerja untuk Pak Sholeh, pekerjaannya mulia dan tidak mengganggu sekolahnya.
Merekahlah senyum diwajah sang ibu, Sesaat kemudian, wanita itu memeluk anaknya seraya berbisik, "Beginilah semestinya anugerah Allah, anakku...."

Oleh: Kemal as Sayyid

Sabtu, 25 Agustus 2012


rMembangun Sukses Dari Hal Yang Kita Sukai


Jumat, 03 Agustus 2012

2008 di Pinggirn Dewi Lestari Pagi menjelang siang tadi, anak laki-laki saya, Keenan, tiba-tiba menarik tangan saya dan menggiring saya menuju sendal capit yang terparkir di teras depan. Saya sudah hafal aktivitas yang dia maksud, sekaligus rute perjalanan yang menanti kami. Inilah acara jalan kaki yang kerap ia tagih, yakni satu kali putaran ke jalan belakang dimana tidak ada rumah di sana, hanya tanah kosong berilalang tinggi. Jalan itu menurun dan curam, berbatu-batu besar dan banyak dahan berduri di pinggir kiri-kanan. Terakhir kami berjalan ke sana, kaki Keenan sempat luka karena tersobek duri, tapi entah mengapa ia selalu memilih jalur yang sama. Sejak sebelum kami berjalan kaki, saya sudah mengamati pagi pertama tahun 2008 ini. Langit yang berawan, angin yang bertiup kencang, dan meski matahari bersinar cukup terang dan terlihat angkasa biru di balik timbunan awan, saya tak bisa mengatakan bahwa ini pagi yang cerah. Masih terasa jejak mendung peninggalan hujan semalam. Kendati demikian, pagi ini pun tak bisa disebut pagi yang mendung. Sambil berjalan, saya merenungi kesan-kesan saya mengenai pergantian tahun kali ini. Ada keinginan kuat untuk menuliskan sesuatu, semacam refleksi dan sejenisnya. Tapi saya tak tahu harus memulai dari mana, harus menulis apa. Yang ada hanyalah keinginan menulis, tapi tanpa konten. Sejujurnya, alam pagi hari ini cukup mewakili apa yang saya rasakan. Saya melewati pergantian tahun ini dengan 'bu-abu'. Tak melulu berspiritkan optimisme dan positivitas, tak juga melulu pesimistis dan negativitas. Semuanya hadir bersamaan dengan kadar yang kurang lebih seimbang, sehingga rasa yang tertinggal di batin saya adalah... netral dan datar. Berbeda dengan kebiasaan saya, terutama di usia 20-an, yang selalu rajin bahkan mensakralkan kebiasaan menulis resolusi, evaluasi, pengharapan dan impian, kali ini saya tak berbekalkan apaapa. Tak ada resolusi, tak ingin mengevaluasi. Harapan dan impian, yang biasanya kita bawa layaknya tongkat estafet dalam pacuan panjang bernama hidup ini, kali ini bahkan absen dari tangan saya. Cengkeraman jemari saya rasanya tak cukup kuat untuk itu. Bukannya kedua hal itu tak ada, tapi malas rasanya menggenggam. Yang ada hanyalah langkah demi langkah kaki di jalanan berbatu, bertemankan suara gesekan ilalang dan terik matahari yang kian menggigit tengkuk. Keenan pun menolak digenggam. Dengan semangat, ia berjalan dengan gagah berani tanpa mau saya gandeng. Ia sibuk mengumpulkan batu-batu yang pada akhir perjalanan kami akan dicemplungkannya satu demi satu ke selokan. Dengan kedua tangan penuh bongkah batu, ia berjalan sedikit di depan saya. Tepat di turunan curam, tiba-tiba ia tergelincir dan jatuh menengadah. Seketika ia menangis, kaget bukan main. Semua batu di genggamannya lepas. Cepatcepat saya meraih dan memeluknya. Saya melihat sekeliling, betapa banyak batu besar yang bisa saja menjadi landasan kepalanya saat jatuh tadi. Saya pun menyadari perjalanan kecil ini bisa jadi perjalanan yang berbahaya. Sambil terisak, Keenan mengucap sendiri, "Tidak apa-apa... Keenan tidak apa-apa." Dan entah mengapa, respons saya padanya adalah, "Ya, tidak apa-apa. Keenan sekali-sekali harus tahu rasanya jatuh." Lalu kami berdua meneruskan perjalanan. Tak sampai tiga langkah, ia sudah minta turun lagi dari gendongan saya. Kembali berjalan sendiri, memunguti batu-batu baru, yang pada akhir perjalanan kami dicemplungkannya satu demi satu ke selokan. Saya menunggui Keenan berupacara di pinggir selokan sambil merenungi perjalanan kami pada pagi hari pertama tahun 2008 ini. Akhirnya saya mendapatkan sebuah 'pesan'. Terlepas dari kepercayaan kita pada sosok Tuhan personal maupun impersonal, semua dari kita setidaknya pernah merasakan hadirnya sebuah kekuatan, energi agung, atau apapun itu, yang tak luput menemani setiap langkah perjalanan hidup kita. Saat kita asyik berjalan, mengumpulkan segala sesuatu yang kita ingin raih, kita tak terlalu menghiraukan kehadiran 'sesuatu' itu. Namun saat kita tergelincir dan terenyak luar biasa, segala sesuatu yang kita cengkeram pun lepas.  Tangan kita kembali kosong. 'Sesuatu' itu akhirnya punya kesempatan untuk muncul dan menyeruak, meraih tangan kita yang sedari tadi sibuk menggenggam. Lama atau sekejap kita didekap, selama perjalanan ini belum usai, tak urung kita akan kembali melangkah. Mengumpulkan kembali pengalaman demi pengalaman yang kita perlukan. Sambil berjongkok di pinggir selokan, saya merenungi 'batu-batu' yang selama ini saya genggam. Besar-kecil, jelek-bagus, semua itu saya kumpulkan karena itulah yang saya perlukan. Jika hidup adalah siklus berputar dalam satu pusaran, cukup relevan jika saya menganalogikannya dengan trayek yang saya tempuh hampir setiap hari bersama Keenan itu. Jalanan berselimut batu, yang meski begitu sering saya jalani, tak pernah saya tahu batu mana yang akan saya genggam berikutnya, dan batu mana yang akan saya lepas sesudah ini. Tak pernah juga saya tahu, kapan saya akan tergelincir dan terpaksa melepaskan semua yang selama ini erat digenggam. Sekalipun tahun baru ini saya songsong tanpa resolusi dan evaluasi, ada satu keyakinan yang mengiringi langkah saya pulang ke rumah pagi ini. Jika batu dalam genggaman tangan saya lepas, berarti sudah saatnyalah ia lepas. Jika perjalanan ini belum usai, maka kaki ini meski lelah dan penat akan kembali terus melangkah. Jika saya tergelincir nanti, maka sesuatu akan menyeruak muncul dari kekosongan, meraih tangan saya yang hampa dan kembali membawa saya bangkit berdiri. Saya tak ingin memberinya nama. Saya tak ingin menjeratnya dalam sebuah identitas. Yang saya tahu, saya bersisian dengannya. Seperti partikel dengan gelombang. Seperti alam material dan imaterial. Sedikit batu atau banyak batu, melangkah cepat atau lambat, tergelincir atau terjerembap, ia berjalan seiring dengan napas dan denyut saya. Ia membutuhkan saya sama halnya dengan saya membutuhkannya. Dan hanya dalam keheningan, kami berdua hilang. Dalam keheningan, kami bersatu dalam ketiadaan. Mendadak, adanya resolusi atau tidak, bukan lagi satu hal signifikan. Mendadak, hari ini menjadi hari yang sama berharganya sekaligus sama ain.