Pages

Jumat, 04 November 2011

Kenapa Begitu Sulit Mengajak Shalat Orang Yang Terlanjur Sering Tidak Shalat?

Apakah Anda malas shalat fardlu lima waktu? Apakah Anda tidak merasa sedih jika bangun kesiangan dan tidak sempat shalat subuh? Apakah Anda seorang workoholic yang merasa shalat dzuhur dan ashar hanya mengurangi jatah Anda berkarya? Apakah Anda seorang yang berpikir ‘masih-ada-hari-esok’ saat shalat maghrib kebablasan karena makan malam bersama teman, lalu pulang tidak shalat isya karena lelah?

Apakah Anda tidak merasa berdosa dengan tidak melaksanakan shalat lima waktu?
Tidak mungkin tidak merasa. Namun kadarnya yang semakin berkurang saat semakin sering tidak melaksanakannya. Semua hal baik yang biasa dikerjakan lalu tidak dilaksanakan pasti akan menyisakan ganjalan di dalam hati. Apapun itu. Termasuk shalat fardlu lima waktu. Rasulullah bersabda,

”Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah sesuatu yang mengganjal dalam jiwamu dan engkau tidak suka bila hal itu terlihat oleh manusia (orang lain)” [HR Muslim]

Di bawah ini (mungkin) beberapa alasan mengapa shalat jadi sesuatu yang berat bagi mereka yang terlanjur sering meninggalkan shalat.

Pertama, terlalu sibuk. Tipe yang pertama ini yang paling banyak ditemui. Padahal mereka sadar akan pentingnya shalat. Namun mereka berada di persimpangan antara prioritas dan kepentingan. Mereka tahu prioritas adalah shalat, namun mereka sedang disibukkan dengan kepentingan-kepentingan yang lebih nyata terlihat dan dirasakan oleh panca indera jika tidak ditunaikan. Kepentingan-kepentingan itu bisa-macam-macam; ya itu pekerjaan kantor, ya itu sedang dalam perjalanan dinas, ya itu menonton film, ya itu mengerjakan tugas kuliah, ya itu main games, facebookan, twitteran, BBM-an, dan masih banyak lagi. Mereka bingung, menunaikan prioritas atau menunaikan kepentingan?

Keduatidak mau terlihat terlalu sholeh. Tipe yang kedua ini juga banyak. Tidak mau dilihat shalatnya lah, menunda semua orang pergi dulu baru shalat. Jika tidak pergi-pergi maka tidak jadi shalat. Menunda-nunda shalatnya jadi kebiasaan, lalu kebiasaannya ini yang membuat dia tidak merasa bersalah jika meninggalkan shalat. Kalau pun shalat, maka shalatnya pada ujung-ujung waktu dengan kecepatan melebihi shinkansen, entah apa yang dibaca di setiap gerakannya.

Ketiga, tidak merasakan manfaat apapun dari shalat. Tipe ketiga ini biasanya adalah orang-orang yang tidak mampu mengambil hikmah dari suatu kejadian. Saat dia merasa dikecewakan berkali-kali, merasa bahwa Allah tidak adil dalam memberikan takdirnya, merasa semua doa-doanya tidak ada yang terkabul, maka dampaknya ke shalat juga. Dia merasa shalat bukan solusi, merasa bahwa dia shalat atau tidak shalat bahwa dunia tetap tidak adil terhadapnya, dan merasa (na’udzubillah) bahwa ini sebagai balasan kepada Allah karena Allah tidak adil kepadanya.

Keempat, orang tua tidak pernah mengajari shalat atau tidak peduli anaknya shalat atau tidak. Tipe yang satu ini yang agak sulit nih. Karena mereka yang sudah terbiasa tidak shalat dari kecil karena orang tuanya tidak membiasakan maka hal itu akan terbawa sampai besar. Dan kemungkinan besar mereka tidak tahu bacaan shalat. Yang tahu bacaan shalat saja malas, apalagi yang tidak tahu bacaan shalat. Pastinya lebih-lebih malasnya.

Wallahu a’lam…
Bro, sis, untuk kalian yang masih merasa shalat itu berat… Siapa pun yang membaca ini, mata yang dipakai membaca ini sudah jadi hal yang seharusnya patut kita syukuri. Bersyukur saja karena mata kita masih bisa melihat dan normal, lalu pergilah untuk berwudlu dan shalat fardlu lah sesuai waktunya. Tidak pernah memakan waktu banyak. Hanya 10 menit paling lama. 10 menit untuk Allah. Sedang waktu kita sehari diberikan 24 jam, dan hanya kurang dari satu jam untuk shalat fardlu lima waktu (5x10menit). 50 menit untuk bersyukur barang sebentar. Ayolah… Shalat itu mudah.

Bro, sis, untuk kalian yang mencintai shalat. Jangan pernah lupa mengingatkan kepada saudara saudari kita untuk shalat juga yak. Bersyukurlah juga karena kalian adalah orang-orang yang diberikan kemudahan untuk shalat, diberikan rasa nikmat di setiap sujud-sujud, diberikan ketenangan jiwa setelah shalat, diberikan ketagihan berlebih untuk tidak hanya melakukan shalat lima waktu namun juga ibadah-ibadah sunnah. Maka bersyukurlah dengan mengajak mereka yang belum merasakan hal yang sekarang kalian rasakan.
Tidak bahas yang berat-berat tentang adzab bagi yang meninggalakan shalat dan pahala bagi yang melaksanakan shalat, karena setiap kepala sudah tahu konsekuensi masing-masing terhadap apa yang dilakukan.

Semoga kita semua adalah orang-orang yang mendirikan shalat… :)

Masih ada waktu. Semoga bukan besok ajal datang menjemput.

0 komentar:

Posting Komentar