Wahai Saudari kami…
Mungkin kalian pernah mendapati kami dalam keadaan dingin dan membisu
Padahal bisa saja, kami membuka pembicaraan dan memecahkan suasana bersama kalian
Namun kami sadar, bahwa tak layak bagi kami bermudah-mudah dikarena khawatir hal itu akan mengikis kadar rasa malu kalian kepada kami
Mungkin kalian pernah merasa risih ketika kami tidak memperhatikan wajah ketika berbicara dengan kalian?
Padahal memandang kalian ketika berbicara adalah mudah bagi kami,
Namun dengan memalingkan wajah, kami berharap agar kalian akan lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjadikan keadaan itu lebih suci bagi hati masing-masing
***
Wahai Saudariku…
Mungkin kamu akan mengatakan aku aneh ketika aku melarangmu menelefonku
Padahal, bisa saja aku menganggkatnya setiap saat engkau menelefonku
Namun aku belajar untuk menghargai seseorang yang berhak akan mendampingimu kelak, dengan cara tidak berduaan denganmu dalam keadaan yang tidak ada yang menemani
Mungkin kamu akan kesal apabila aku tak memberikan pesan penyemangat ketika engkau melaporkan kepadaku tentang kegiatanmu hari ini
Padahal mudah saja jika aku harus mengirimkan sebuah pesan tersebut agar membuat jiwamu menjadi lebih bersemangat mengerjakannya
Namun, keberadaanku di sekitarmu ku harap tidak menggoyahkan kesucian hatimu dengan mengirimkan kepadamu pesan-pesan yang seharusnya tidak pernah kamu terima dariku jika itu justru akan membuatmu berangan-angan
***
Wahai Saudariku…
Bisa jadi sebuah harapan pernah terbesit dihatimu sehingga mungkin engkau akan merasa gundah ketika aku tidak pernah meminta meminangmu
Padahal, bisa saja aku lakukan itu agar hatimu senang
Namun aku sadar bahwa aku belum siap, maka aku redamkan lidah ini untuk menyatakannya di dalam diam
Mungkin kamu akan datang memintaku agar kamu menantiku
Padahal aku mampu mengizinkan permintaanmu itu
Namun, apakah kamu tidak merasa sakit ketika suatu saat jodohku adalah bukan dirimu? Bukankah usahamu untuk bersamaku dengan cara menantikanku adalah sia-sia?
Atau mungkin saja kamu akan merasa gelisah ketika aku tidak pernah memintamu menungguku
Padahal bisa saja permintaan itu akan engkau indahkan ketika aku memintanya kepadamu
Namun aku mencintaimu atas dasar kesucian, maka aku tidak akan memintamu untuk itu hanya karena ingin mempersilahkan laki-laki shaleh lain untuk meminangmu
Bukankah kesucian yang aku inginkan untuk menikahimu? Jika demikian, maka lebih baik engkau menikah kepada laki-laki yang telah siap meminangmu tanpa harus membuatmu menunggunya.
Atau bisa jadi, kamu bosan karena terlalu lama menungguku untuk menyatakan sebuah ungkapan-ungkapan indah kepadamu
Padahal, bisa saja aku menyatakan itu untuk menyenangkan hatimu
Namun, Diam adalah caraku mencintaimu karenaNya, berharap hal itu lebih memelihara kesucian hatiku dan hatimu setelahnya…
Aku belajar mencintaimu dalam keimanan
Berharap agar dapat menjaga rasa maluku dan memelihara kesucian hatimu
Ini lah caraku Mencintaimu karenaNya, diam dan tak pernah terucap hingga di ujung lidah yang lunak
Bahkan tidak pernah terlukiskan oleh aktifitasku yang dapat kau lihat
Berharap menjadi pemalu seperti Rasul, Muhammad
Dan membawamu menjadi suci seperti Ibunda Isa, Maryam
Suci, tak pernah tersentuh laki-laki…
Jumat, 04 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar