Pages

Jumat, 19 Oktober 2012

Sinopsis Can You Hear My Heart Episode 5




Presdir Choi dan rombongan keluar dari lift. Di lobi perusahaan wartawan sudah banyak yang menunggu.


Presdir Choi mulai bicara kalau ia akan membuat perusahaannya menjadi perusahaan nasional.
Wartawan 1 bertanya tentang strategi yang diterapkan Presdir Choi apakah akan sama denngan strategi Presdir terdahulu?
Presdir Choi : “Sasaranku bukan untuk memecah belah perusahaan tetapi untuk membangun. Karena beresiko sepanjang tahun, strategi itu bagus!”


Wartawan 2 bertanya apa Presdir Choi akan melakukan perubahan untuk bersaing dengan perusahaan lain?
Presdir membenarkan tak ada masalah yang tak bisa ia dipecahkan.
Pertanyaan 3 Ketika presdir terdahulu meninggal para wartawan mendengar kalau putra Presdir Choi juga mengalami kecelakaan. Bagaimana dia sekarang? Dan tak pernah diungkapkan apa yang menjadi penyebab Presdir terdahulu meninggal.

Direktur Kang menyela kalau Presdir Choi tak akan menjawab pertanyaan yang bersifat pribadi.
Tapi Presdir Choi dengan tenang menjawabnya. Ia berkata kalau anaknya sehat-sehat saja. Mengenai penyebab kematian Presdir sebelumnya ia percaya kalau keluarganya tidak harus bertanggung jawab atas seseorang yang kesehatannya sudah memburuk. Ia tak ingin menyalahkan siapa-siapa. (Gubrakkkk padahal ini salahnya sendiri)
Wawancara selesai tapi banyak wartawan yang ingin terus bertanya.


Shin Ae berada diantara kerumunan wartawan melambaikan tangan kearah Presdir Choi, tapi Presdir tak mempedulikannya.


Bong Woo Ri mendapat tugas dari sekolah untuk mengisi formulir biodata keluarga untuk disurvey. Ayahnya mempersilakan Woo Ri bertanya apa saja tentang isian formulir itu.
Pertanyaan 1. Apa pendidikan tertinggi ayah?
Nenek berkata kalau pertanyaan itu tidak sopan. Young Kyu mengatakan kalau ia tak pernah sekolah. Kalau begitu isinya ‘tidak pernah sekolah’ sahut Woo Ri.
Nenek melarang Woo Ri mengisinya seperti itu, “Ayahmu pernah masuk TK!”


Woo Ri tak percaya dan bertanya pada ayahnya, “Ayah apa benar kau pernah sekolah di TK?”
Young Kyu tak mengerti ia menjawab kalau ia tak tahu dan bertanya apa itu TK.
Nenek menjelaskan kalau TK itu tempat belajar anak-anak sebelum masuk SD, “Ini lebih baik dari pada tidak sekolah sama sekali. Tulis saja Taman kanak-kanak!” Ucap Nenek.
Woo Ri segera menuliskannya di lembar formulir biodatanya.
Pertanyaan 2 apa pekerjaan ayah?


Nenek berkata apa Woo Ri tak tahu. “Harusnya kau tahu dimana ayahmu mendapatkan uang?”
Woo Ri bingung harus menuliskannya yang mana, “Memanggul barang, menjual sayuran, Jual ayam, jual telur. Apa tidak terlalu banyak?” Tanya Woo Ri. Bukankah Woo Ri sudah bisa menulis ayahnya menyarankan untuk menuliskan saja semuanya.
Nenek kembali melarangnya, “Tulis saja produsen makanan!” Woo Ri tak mengerti.
Nenek menjelaskan biar orang lain melihat keluarga kita seperti orang kaya dengan begitu kita tidak akan diremehkan lagi.
Woo Ri ingat perkataan Shin Ae, “Bibi juga pernah bilang kalau kita harus kelihatan kaya supaya mereka bisa membantu mencari kak Ma Roo!” Woo Ri menulis apa yang dikatakan Nenek.
“Apa lagi yang ditanyakan? Aku bisa menjawab semuannya!” sahut Nenek semangat.


“Ini agak sulit!” ucap Woo Ri lirih. “Pekerjaan ibu, Ibu sudah berada di surga apa dia di sana membuka salon?”
“Apanya yang susah dijawab, tentu saja ia akan membuka salon!” ujar Young Kyu.
“Tapi ibu pernah bilang kalau ia mau membuka toko bunga!” ucap Woo Ri. Ayahnya berfikir sejenak apakah ia akan menjadi florist. Young kyu tanya pada ibunya.
Nenek menjawab tak tahu. “Kenapa kalian tak bertanya ke tempat yang biasanya?”
Woo Ri dan ayahnya tak mengerti maksud Nenek, “Seperti biasa di mana itu?”


Nenek langsung mengakat kedua tangannya dan berucap ‘Tanyakan pada bintang’ Woo Ri dan ayahnya tertawa, “Ibu kau sudah menjadi anggota kami!”


“Tanyakan pada bintang” Woo Ri dan ayahnya mengucapkan jingle andalan meraka.


Presdir Choi pulang mengendarai mobilnya sendiri tapi ia terhenti di tengah jalan karena Shin Ae menutup laju jalan kendaraannya.
Presdir Choi marah, “Apa yang kau lakukan?”
Shin Ae berkata sinis, “Tanpa supir kau mau pergi ke mana? tanpa Tae Yeon Suk kau lebih santai kan?”
Presdir sekali lagi bertanya untuk apa Shin Ae datang. Shin Ae berkata bukankah seharusnya mencari Ma Roo, “Sebagai Predir sudah satu tahun anak itu belum kau temukan!”
Presdir berkata kalau Shin Ae lah yang menelantarkannya kenapa dirinya yang harus mencari.


Shin Ae : “Kalau kau tak menuntutnya dulu Ma Roo tak akan lari dari rumah. Karena kau keluargaku jadi berantakan. Untuk mencari anak itu rumah kami bahkan harus dijual. kalau kau memang mau mencarinya, berikan aku uang biar aku yang mencari!”
Presdir tahu sifat Shin Ae ia tak akan memberikan Shin Ae uang apalagi untuk hal yang tak berguna, “Anak itu. Bong Ma Roo belum tentu dia anakku. Kenapa aku harus mencarinya?”
Shin Ae mencibir, “Kau jangan pura-pura kuat. Apa kau pikir aku tak mengenalmu. Walau kau pura-pura tak mengenalnya, diam-diam kau mencarinya!”
“Kalau dulu kau bawa langsung anak itu padaku kejadian ini tak akan terjadi!” bentak Presdir Choi.


Presdir Choi akan masuk kembali ke mobil, secepat kilat Shin Ae memeluknya dari belakang, “Kalau tak bertemu denganmu aku takut aku akan mati!”
Presdir Choi berusaha melepaskan pelukan itu tapi Shin Ae memeluknya erat. “Aku belum mendengar dia memanggilku Ibu, kau mengerti perasaanku kan? Aku yakin kau pasti ingin dipanggil ayah oleh Ma Roo!”
Shin Ae berkata lirih, “Apa aku sedang dihukum karena dosa-dosaku, aku menyaksikan Presdir meninggal dan tak berbuat apa-apa. Aku ketakutan. Aku akan mendengarkan kata-katamu selama kau selalu disampingku!” ini seperti kata-kata ancaman dari Shin ae buat choi Jin Chul karena ia adalah saksi kejadian malam itu.
Ancaman Shin Ae sepertinya mempan membuat Presdir Choi luluh.


Dong Joo masih belum mau bicara. Ibunya menunjukan sebuah microphone yang bila berbicara langsung tersambung ke komputer. (ah aku ga ngerti)
Dong Joo hanya menepis benda yang sudah disiapkan ibunya ini dengan marah. Dong Joo kesal ia menunjukan sikap kesalnya tanpa berbicara. Ibunya minta Dong Joo untuk bicara, “Cha Dong Joo apa maumu?”
Dong Joo menjerit mengerang meronta. “Ibu tahu kau kesakitan!” ucap Ny Tae.


Dong Joo melepaskan diri dari ibunya, Ny Tae mengejarnya. Dong Joo membuka lemari es dan mengobrak-abrik isinya.
Ny Tae sudah lelah, “Dong Joo bicaralah dan ibu akan mengambilkannya!”


Dong Joo mengambil es krim ia langsung membuka dan melahapnya tanpa sendok. Ia makan es krim langsung menggunakan tangannya.
Ny Tae merebut es krimnya. Dong Joo berusaha merebutnya kembali. “Dong Joo katakan kau ingin es krim!” Ucap ibunya menyuruh Dong Joo bicara.
Ny Tae tak tahan lagi dan mendorong putranya hingga terjatuh.
Ny Tae membentak putranya, “Bicaralah! kalau tidak kau akan lupa caranya berbicara. Apa kau mengerti?” Ny Tae memegang kepala putranya seakan menjambak Dong Joo, “Katakan kau mau es krim!”
Dong Joo mencoba melepaskan diri, ia terus mengerang dan memukuli ibunya.


Dong Joo menjerit dan mendorong ibunya. Ia langsung lari mencari seseorang tapi tak ketemu ibunya langsung menangkapnya lagi dan berkata kalau Joon Ha tidak ada, “Apa kau tak tahu kalau dia sudah mulai sekolah?”

Ny Tae menahan putranya yang ingin lari. “Dong Joo ini demi kau Joon Ha harus masuk sekolah lebih dulu sebelum kau. Semua temanmu sudah naik kelas, kau harus seperti yang lain pergi sekolah. Kenapa kau diam saja di rumah? Sampai kapan? sampai kapan kau akan membisu? kumohon bicaralah... bicaralah!”


Dong Joo marah ia menjerit dan mulai memukuli kepalanya sendiri.
Ny Tae ketakutan dengan sikap Dong Joo, ia memeluk dan meminta putranya jangan memukuli kepala karena itu akan membuat Dong Joo pingsan.
Dong Joo frustasi ia terus memukuli kepalanya.
“Cha Dong Joo!” Ny Tae teriak.


Dong Joo makin kesal dan marah. Kali ini ia mulai menggigit lengannya sendiri.


Ny Tae menatap marah anaknya, “Apa kau mau mati? kalau begitu katakan kalau kau mau mati!”
Dong Joo terus mengerang dan berteriak.
“Mulai sekarang kau bukan anakku. Kau bukan Cha Dong Joo. Kau bukan anakku!”


Ny Tae menyeret Dong Joo keluar. Dong Joo berusaha melepaskan diri tapi tenaga ibunya lebih besar.
Ny Tae terus menyeretnya seperti menyeret karung. 
“Matilah!” ucap ibunya. “Kalau kau tak mau mati sendiri ibu akan menemanimu!”


Joon Ha pulang dari sekolah. Ia melihat suasana rumah yang sepi. Joon Ha memeriksa tiap ruangan dan melihat isi kulkas yang berantakan.


Joon Ha cemas dan langsung keluar rumah berteriak memanggi Dong Joo dan ibunya. Ia berlari ke suatu arah mencari ibunya dan Dong Joo.


Ny Tae terus menarik putranya hingga ke tepi tebing, Dong Joo terus meronta menatap ke belakang mencari bantuan.
Joon Ha melihat keduanya sudah berada di tepi tebing, “Ibuuu... Dong Joo.. Ibu jangan!”
Ny Tae dan putranya berdiri di tepi tebing yang curam di tepi laut. Ny Tae memengang erat putranya. Dong Joo meronta mengerang meminta melepaskan diri.
Dong Joo seakan berteriak minta tolong pada Joon Ha yang tiba di sana. Tapi ia hanya bisa menangis dan mengerang.


Ny Tae memandang putranya penuh keyakinan kalau mereka akan mati bersama. Dong Joo manangis menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus mengerang. Kemudian ia menatap tajam tatapan ibunya.
Terlihat kilasan balik ketika ia melihat kakeknya meninggal sebelum dirinya terjatuh.


Dong Joo tersadar dari amarahnya dan melepaskan diri dari cengkeraman ibunya ia menjatuhkan dirinya ke tanah. Dong Joo bergerak mundur menjauhi tepi tebing.
“Tolong aku!” ucap Dong Joo setelah satu tahun bungkam. Ny Tae langsung berbalik badan menatap putranya.
“Tolong aku. Tolong!” ucap Dong Joo sambil menangis.
Ny Tae tak kuasa berdiri ia merangkak mendekati putranya.


“Ibu!” tangis Dong Joo semakin deras. “Ibuu....” Ny Tae tak kuasa menahan tangis dan langsung memeluk putranya, “Ibuu ibuuu!”


Joon Ha terharu melihatnya. Kakinya langsung lemas dan berlutut melihat ibu dan anak ini yang masih berpelukan.


Woo Ri masih setia menunggu Dong Joo di pohon tempat mereka janjian. Woo Ri semakin mahir memainkan nada yang diajarkan Dong Joo dulu. (aku pengen tahu not angka nada ini biar bisa kucoba pakai pianika)
“Woo Ri putriku!” panggil Ayahnya membuyarkan lamunannya. Woo Ri langsung turun dari pohon menghampiri ayahnya.


Ayahnya tanya apa masih belum bertemu Ma Roo? Apa hari ini dia tidak pulang juga? Woo Ri berkata kalau tidak hari ini besok Ma Roo pasti pulang.
Ayahnya menyahut kalau Woo Ri kemarin juga berkata besok, “Kau bilang dia akan pulang setelah tidur semalaman!”
Woo Ri tersenyum, “Bukankah setelah tidur semalaman itu hari ini. Pokoknya besok!”
“Ya besok setelah tidur malam!” ucap ayahnya. “Lalu apakah dia akan pulang besok?”
Woo Ri melihat ayahnya tak membonceng Nenek dan bertanya kenapa. Ayahnya mengatakan kalau Nenek sedang tidak sehat. Kakinya sakit jadi ia harus pergi sendiri.


“Kenapa sendirian? Ayo pergi bersamaku!” sahut Woo Ri.
Young Kyu : Bersama?
“Bersama!” jelas Woo Ri sambi memperagakan bahasa isyarat. “Bong Woo Ri adalah putri ayah, itulah kenapa aku harus bersama ayah!”
Young Kyu mengerti, “Ya Bong Woo Ri adalah putri ayah itulah kenapa kau harus bersama ayah!” Young Kyu turut mrmperagakan bahasa isyarat.
Woo Ri memuji bahasa isyarat ayahnya sudah lebih bagus.
Ayahnya berkata kalau ia bertemu dengan ibu Woo Ri banyak hal yang harus ia ceritakan. Ia sudah berlatih setiap hari. Woo Ri berjanji sampai pasar nanti ia akan mengajari yang baru lagi.


Keduanya naik sepeda menuju pasar sambil menyanyikan lagu kesukaan mereka ‘Di padang rumput yang biru’


Ny tae di kamarnya dan melamunkan sesuatu. Kemudian ia membuka brangkasnya ia mengambil sebuah amplop. Ia memandangi amplop itu dan akan membuka perekatnya tapi tiba-tiba Joon Ha datang, “Ibu apa kau sudah tidur?” Ny Tae langsung menyimpan amplop itu ke laci.
Ibunya tanya apa Dong Joo sudah tidur. Joon Ha menjawab ya.
Ny Tae menggenggam tangan Joon Ha, “Apa kau takut? Mulai sekarang kita semua akan bahagia menjalani hidup kita!”


“Lain kali bawa aku juga!” sahut Joon Ha. Ibunya tak paham apa maksudnya.
Joon Ha : “Bukankah kita sudah sepakat selalu bersama sampai akhir? Kita bertiga. Tanpa ibu dan Dong Joo aku bukan siapa-siapa lagi. Kalau kau mati bawalah aku bersamamu!”
Joon Ha mulai menitikan air matanya.


Ternyata Dong Joo belum tidur. Ia masih bermain dengan kantung miliknya.
Dong Joo melemparkan katung itu ke jendela, kantung itu jatuh kemudian ia memungut dan melemparnya lagi beberapa kali.


Dong Joo mangangis tanpa suara. Ia kembali melempar kantungnya ke jendela. pluk pluk pluk


Dong Joo memungut kantungnya dan itu terus ia lakukan sampai ia dewasa.


Dong Joo memandang senyum kantung miliknya, dan ia kembali melemparkan kantung itu ke jendela.

15 tahun kemudian, April 2011
Bong Young Kyu dikejar-kejar seorang gadis ia terus berteriak, “Aku yang salah aku yang salah!”


“Awas kalau kutangkap!” teriak gadis itu yang tak lain adalah putrinya Bong Woo Ri. “Ayah!” teriak Woo Ri. “Ya!” Young Kyu menyahut panggilan putrinya, keduanya masih saling mengejar.
Sambil lari Young Kyu menyapa orang yang ditemuinya, “Apa kabar apa kabar!”
Woo Ri berteriak, “Kemana saja kau memakai uangnya?”
Sambil lari Young Kyu menjawab, “Dia bilang akan membantu mencari Ma Roo jadi kuberikan padanya. atau kukembalikan 500 won padamu, apa kau puas?”
“Bukan 500 won tapi 5 juta won!” ucap Woo Ri sambil lari mengejar ayahnya. “Itu uang deposito penjualan rumah kita, 5 juta won kau berikan pada siapa? siapa orang itu?”


“Di sana di sana di sana!” Young Kyu menunjuk ke seorang pemuda.
“Lee Seung Chul, kau brengsek!” Woo Ri langsung menghampirinya. Seung Chul langsung lari. Membuat ayah dan ibunya heran.
“Dasar berandal, awas kalau kutangakap!” kini Woo Ri mengejar Seung Chul.
Young kyu ikut mengejar, “Woo Ri kau tak boleh mengumpat!” Paman Lee ikut mengejar (aku sekarang nyebutnya Paman Lee aja ya n istrinya Bibi Lee)

Woo Ri terus mengejar Seung Chul sampai ke jembatan sebuah sungai, “Kau tahu situasi keluarga kami tapi kau tetap saja menipu ayahku!”
“Aku juga ditipu!” teriak Seung Chul terus lari menghindari kejaran Woo Ri. “Orang itu bilang akan mencarikan kak Ma Roo!” sambungnya.
“Tutup mulutmu!” teriak Woo Ri melompat dan mendaratkan tubuhnya ke tubuh Seung Chul. Keduanya terjatuh.


Woo Ri mencengekeram kerah baju Seung Chul, “Kembalikan uangnya!”
“Lepaskan aku. Aku tak punya uang. Kau boleh ambil nyawaku!” ucap Seung Chul melepaskan diri dari cengkeraman Woo Ri.
“Apa? Dasar kau berandalan!” Woo Ri terus berteriak.
“Baik. Bunuh aku cepat!” sahut Seung Chul menyerahkan diri. “Aku juga tak mau hidup dengan beban yang seperti ini. Bunuh aku, aku tak peduli!”


“Baik. Kalau begitu kita mati sama-sama!” Woo Ri menarik Seung Chul mengajaknya terjun ke sungai bersama-sama.
Seung Chul ketakutan, “Woahhh apa yang kau lakukan tunggu-tunggu!” kaki Seung Chul gemetaran.
Woo Ri : “Kenapa? Bukankah kau tak mau hidup lagi?”
“Tunggu! tapi kalau mati sekarang kita akan menyianyiakan masa muda kita!” ucap Seung Chul ketakutan.
Emosi Woo Ri sedikit mereda, “Benar. Kalau mati seperti ini masih banyak hal yang belum kulakukan!” Lalu Woo Ri kembali menjerit, “Tidak adil!”
Seung Chul membenarkan, “Benar...”
Kemudian secepat kilat Woo Ri langsung mencium Seung Chul.


Paman Lee dan ayah Woo Ri yang tiba di sana tekejut melihatnya. Young kyu sampai menutup mulutnya.


Seung Chul shock dicium Woo Ri. Ia langsung menyentuh bibirnya.
“Paling tidak aku sudah melakkan ini sebelum mati!” sahut Woo Ri. “Ayo kita mati!” teriak Roo Ri sambil menyeret Seung Chul menceburkan diri ke sungai.
Paman Lee dan Young kyu teriak memanggi nama anak mereka.


Di dalam air mata Woo Ri terpejam. Ia terbayang percakapan dengan ibunya dulu. Ia juga mengingat ketika ibunya meminta ia dan ayahnya selalu bersama sebelum meninggal. Woo Ri juga melihat ayahnya yang selalu tersenyum untuknya.
Terdengar teriakan dari luar air. Woo Ri.. Woo Ri.. Seung Chul.. Seung Chul..


Woo Ri membuka matanya, ia sadar tangan Seung Chul menarik rambutnya. Keduanya bergulat di dalam air.
Seung Chul lemas ia hampir tenggelam Woo Ri langsung menggapai rambutnya menariknya ke permukaan air.

Young Kyu cemas ia akan terjun ke sungai tapi Paman Lee menahan sohibnya. Ia berkata kalau Seung Chul pandai berenang, “Percayakan saja pada Seung Chul!” ucapnya penuh keyakinan.
Paman Lee melihat ada yang muncul dari dasar air. Ia teriak girang putranya selamat tapi ketika yang keluar lebih dulu Woo Ri dan Seung Chul tak sadarkan diri ia langsung menatap cemas.
Woo Ri menarik Seung Chul ke daratan. Kedua orang tua itu menolong.


Young kyu tanya apa Woo Ri tak apa-apa. Paman Lee teriak histeris melihat kondisi putranya. “Seung Chul.... Seung chul...” ia terus menepuk putranya yang belum sadar.
“Ayah orang itu hampir membuatku mati!” ucap Woo Ri sambil memeriksa jam tangannya. Ayahnya cemas dan memohon kalau Woo Ri tak boleh mati.
Seung Chul mulai membuka matanya tapi ketika Woo Ri berkata tentang uang 5 juta won itu Seung Chul pura-pura pingsan.


Paman Lee ketakutan putranya pingsan lagi. Ia langsung memberikan nafas bantuan untuk putranya. Young kyu melihat ayah dan anak ini, ia berseru kalau Seung Chul dan Paman Lee berciuman.
Seung Chul langsung membuka mata dan mendorong ayahnya, “Ayah apa yang kau lakukan? Buehhh bueehhhh!” Seung Chul menyemburkan mulutnya merasa jijik. Paman Lee senang putranya sadar. Seung Chul memandang Woo Ri.


Woo Ri kembali mengejarnya, Seung Chul langsung lari menghindar. “Aku tak kan bisa mengembalikan uang itu walaupun kau menangkapku!”
Woo Ri terjatuh dan berteriak, “Kau kotoran semut!”
“Dan bawa aku hidup bersamamu, tanpa jaminan deposit aku tak tahu akan kemana. Nikahi aku dan bawa aku ke rumahmu dasar berandalan!” teriak Woo Ri kembali mengejar Seung Chul.


Young kyu dan Paman Lee terkejut, “Me.. Menikah?” Keduanya saling memandang.


Woo Ri terus mengejar Seung Chul sampai ke rumah. Ia menari baju Seung Chul yang berusaha untuk masuk ke rumah lantai 2, “Apa kau tahu kalau kau menikahiku kau akan dibuat gila oleh ayahku!”
Paman Lee ikut berteriak, “Seung Chul jangan sampai tertangkap. Kalau tertangkap masa depanmu akan suram, seperti masa depan ayahmu!”

Karena tubuhnya basah Seung Chul jatuh tergelincir. Ia bangun dan masuk ke kamar Woo Ri.
“Masuk kamar. Baik. Anggap saja ini kamar pengantin baru!” ucap Woo Ri. Seung Chul teriak, “Jangan sentuh aku!” lalu keluar kamar dan masuk ke kamar Nenek.


Young kyu membantu Woo Ri menangkap Seung Chul tapi Paman Lee memegangi Woo Ri erat-erat.
“Paman.. paman.. aku harus mencari Kak Ma Roo!” ucap Seung Chul membohongi Young Kyu agar bisa lari.
“Mencari Ma Roo?” Young kyu langsung melepaskan dan membiarkan Seung Chul pergi.


Woo Ri meronta meminta Paman Lee melepaskannya. Paman Lee terjengkang karena tenaga Woo Ri yang besar dan merasakan sakit di pinggangnya.
Young Kyu menatap kamar ibunya. Ia melihat Nenek tak ada disana, “Ibu ibu ibu!” Young kyu mulai kebingungan dan langsung mencari ibunya keluar.


Seung Chul lari kerumahnya dan masuk kamar. Ia menutup pintu kamarnya rapat-rapat, ia menahan dengan tubuhnya, “Pergi! ini kamarku!”
Dengan sekali tendangan Woo Ri bisa membuka pintu dan membuat Seung Chul jatuh.


“Keluar aku mau ganti baju!” Seung Chul membuka satu persatu bajunya. Ia mengira Woo Ri akan langsung keluar tapi Woo Ri terus bergerak maju mendekati bahkan menutup pintu kamarnya.


Seung Chul panik ia sendiri yang malah ketakutan. Ia mengancam akan membuka celananya. Woo Ri tak peduli dan terus mendekat.
“Woo Ri tunggu sebentar ada orang tua di rumah ini, jangan seperti ini!” Seung Chul terbata-bata. Woo Ri malah mengunci pintunya.


Seung Chul semakin ketakutan ia menutup dadanya yang telanjang dangan tangannya.


Young Kyu berlari keluar mencari Nenek, “Ibu ibu ibu!” Di luar ia bertemu dengan Bibi Lee dan bertanya apa ibunya ada di pasar?
Bibi Lee berkata kalau sudah siang Nenek belum pergi ke pasar, apa dia tak ada di rumah?
“Dia tak di rumah.. dia tak di rumah!” Young kyu tambah panik.


Woo Ri terus bergerak maju mendekati Seung Chul. ”Hey Woo Ri kau tak boleh begitu aku ini laki-laki kau tak bisa seperti ini padaku!” Seung Chul menutupi dadanya yang terbuka dengan baju.
Woo Ri : Laki laki?
Seung Chul ; “Ya kita tak boleh melanggarnya, kita kan cuma teman!”
Woo Ri : Teman?


Seung Chul terdiam. Mata Woo Ri mulai berkaca-kaca, “Lee Seung Chul apa kau laki-laki? Apa kau teman?” Woo Ri kemudian meninggikan suaranya, “Kau ini manusia atau bukan?”
Seung Chul terkejut mendengar terikan Woo Ri.
Woo Ri : “Apa kau pikir ini lucu? dengan membodohi ayahku? Apa kau sangat membutuhkan 5 juta won? Selama kau mengahabiskan uang itu apa kau tak memikirkan ayahku yang menunggumu membawa kembali Kak Ma Roo?”
Woo Ri mulai menangis, “Kenapa kau... kenapa kau membohonginya mengatakan kalau kau mau mencari Kak Ma Roo?”
Seung Chul serba salah, “Woo Ri itu karena....”


Woo Ri langsung jongkok ia menangis, “Ayah berfikir ini benar. Dia berfikir kau akan membantunya mencari kak Ma Roo!”


Seung Chul ikut jongkok di sebelah Woo Ri menepuk bahu Woo Ri, “Jangan menangis!”
Terdengar panggilan Young Kyu dari luar kamar memanggi Woo Ri. Woo Ri langsung mengusap air matanya.
Woo Ri berpesan pada Seung Chul jangan pernah mengatakan pada ayahnya kalau ia menangis. Seung chul mengangguk. Woo Ri langsung keluar kamar.


Young Kyu kebingungan mencari Nenek, “Ibu hilang.. ibu hilang.. dia tak ada di rumah, ibu Seung Chul bilang dia juga tak ada di pasar!”

Paman Lee turun dari tangga, ia memanggil istrinya dan memegangi pinggangnya yang sakit. Paman Lee langsung masuk kamar.
Bibi Lee melihat lantai rumahnya basah dan bertanya ada apa. Kemudian terdengar teriakan Paman Lee dari dalam kamar.


Paman Lee terkejut ada orang yang tidur di kamarnya dan itu adalah Nenek.
Young Kyu senang menemukan ibunya. Ia dan Woo Ri berusaha membangunkan Nenek. Nenek bangun dan bertanya ada apa, “Aku baru saja mau tidur!” sahutnya.
Young Kyu melihat ada sebotol alkohol di sana, “Lengan ibu masih sakit kenapa masih minum?”


Nenek beralasan karena sakit itu dia jadi minum. Nenek merasa sakit di tangan dan kepalanya.
Paman Lee bertanya kenapa tidur disini?
“Ini kamarku memangnya kenapa?” bentak Nenek. “Ini rumah kami!” Bibi Lee mulai kesal dan berkata kalau selimut yang digunakan nenek itu hadiah dari sauna, ia sendiri sayang menggunakannya.
Young Kyu membenarkan ucapan Bibi Lee kalau itu rumah mereka, rumah kita di lantai 2. Nenek tak peduli kemudian menatap Woo Ri kenapa ibumu belum pulang dari pabrik?
Woo Ri bingung. “Ibu siapa yang belum pulang dari pabrik?” tanya Young Kyu. “Siapa lagi tentu saja istrimu, Mi Sook!” sahut Nenek.
Woo Ri memandang Nenek dengan tatapan tak mengerti sekaligus sedih.


Woo Ri minta maaf atas kejadian di kamar tadi dan akan mencuci selimutnya. Bibi Lee berkata kalau ia sudah tak tahan lagi.
Bibi Lee : “Apa kau pikir aku marah gara-gara selimut? Terakhir kali Nenekmu hampir membakar rumah kami gara-gara tak mematikan gas, dan sekarang dia menyebut ibumu yang sudah lama meninggal. Kami ini manusia memiliki batas kesabaran!
Tak perlu menunggu bulan depan. Akan kukembalikan uang deposit sewa kamarmu bulan ini. Cepat pergi dari lantai 2!”


Seung Chul mendengarnya. Ia langsung mengahampiri ibunya ia berkata pelan pada Woo Ri sambil memunggungi ibunya, “Apa kau sudah bilang? Apa kau sudah bilang pada ibuku?”
Woo Ri diam. Bibi Lee tanya ke anaknya apa yang dilakukan putranya. Seung Chul minum air dan protes kenapa airnya hangat dan meminta ibunya memasukan air itu ke kulkas. Bibi Lee makin kesal dan berteriak pada anaknya.


Woo Ri memohon pindahnya di tunda sebentar lagi. Ia beralasan ingin pindah ke rumah lamanya. “Bukan karena kami tak menyukai rumahmu, lengan Nenek masih diperban sembuhnya lama karena sudah berusia lanjut. Itulah kenapa kukumpulkan 5 juta won agar bisa pindah! Ada yang membantu mencarikan Kak Ma Roo.


Bibi Lee tambah kesal dan mulai memukuli Woo Ri, “Untuk mencari Ma Roo kalian sekarang tak punya rumah apa kalian masih belum menyerah? Kalian harus lebih memperhatikan nenek.
“Sudah 16 tahun!” Bibi Lee mengingatkan, “Di mana lagi anak itu akan dicari? anggap saja dia sudah mati!”


“Dia belum meninggal!” Woo Ri meninggikan suaranya. “Apapun yang terjadi kau tak boleh mengatakan itu di depan ayahku, sebelum melihat sendiri mayatnya kami tak akan menyerah mencarinya!”


Nenek mengikat kepalanya yang terasa pusing. Paman Lee mengamatinya dan menyuruh nenek mengulang beberapa kata yang diucapakannya secara urut. Nenek tanya kenapa. Paman Lee berkata kalau itu adalah tes untuk memeriksa penderita pikun.
Nenek mencoba mneyebutkan kata-kata yang diminta paman Lee tadi karena tak sabar Nenek mendorong Pama Lee hingga terjengkang membuat pinggangnya kembali sakit.


Young kyu masuk membawakan sup ikan ia meminta ibunya makan. Nenek baralasan kalau ia sudah tak mabuk. “Walapun begitu kau harus makan dan kau sekarang tak boleh mabuk lagi!” ucap Young Kyu.
“Tanganmu terluka gara-gara mabuk. Kau lupa Mi Sook sudah berada di surga dan kau tidur di kamar Myung Gyun kau sudah membuat ibu seung chul marah!” sambung young Kyu. Paman Lee menyarankan lebih baik nenek dibawa ke rumah sakit.
Nenek membentak dan bertanya pada putranya apa sudah menyiram bunga.
Apa? Young kyu langsung menepuk dahi karena lupa tugasnya. Ia langsung lari keluar.


Terlihat kesibukan disebuah taman, seorang penanggung jawab sibuk mengatur anak buahnya.
Young kyu lari-lari karena datang terlambat, ia memberi hormat pada Manajer penanggung jawab itu, “Apa kabar!” Ia berujar kalau bunganya sudah kehausan karena ia terlamabat datang.


“Tuan Bong Young Kyu!” manajer mengehentkan langkah Young Kyu. ia memarahi Young Kyu, “Kau sudah cukup bodoh dan sekarang terlambat datang mulai besok kau tak perlu datang lagi!” Young Kyu hanya bengong.
“Apa? Apa kau tak mengerti? Kau dipecat pulang saja! kukatakan dalam bahasa inggris seperti ini, You go!” bentak Manajer sambil menunjuk supaya ke arah berlainan supaya Young Kyu pergi.
Young Kyu melihat arah yang ditunjukan tangan Manajer, “Oh ya aku akan bekerja keras di sebelah sana!” Ujar Young Kyu langsung lari ke arah yang ditunjuk Manajernya.
Manajer kesal dan berteriak, “Bong Young Kyu kau mau kemana? kau dipecat?”


Tiba-tiba Tae Yeon Suk dan rombongannya datang. Manajer berkata kalau ada karyawan yang kurang ajar, sementara tugasnya adalah mengatur semua karyawan.
Ny Tae mengingatkan kalau Manajer tak sanggup mengatur para karyawan haruskah ia mencari orang lain untuk melakukan tugas manajer.
“Tidak Nyonya akan kuyakinkan pekerjaan selesai sebelum minggu depan!” ucap manajer takut kalau ia yang akan dipecat. Ny Tae meminta tak usah terburu-buru yang penting semua dikerjakan dengan baik karena tamu spesial akan segera datang


Ny Tae meminta menanam lebih banyak bunga agar semuanya terlihat bagus. Ini sudah musim semi tapi suasananya seperti musim dingin. Manajer berkata kalau dananya perlu ada tambahan.
Ny Tae : “Apa kau mau menggaji dirimu sendiri? Memelihara lingkungan yang asri nyaman dan bersih akan membuat hati semua orang menjadi tenang, apa kau mengerti??
Oh ternyata taman itu milik keluarga Woo Kyung.


Ny Tae menelepon suaminya, ia khawatir dengan masa depan Woo Kyung karena sebagai penerus putranya masih berkeliaran di luar sana.
Presdir Choi mengingatkan kalau Dong Joo masih berkeliaran seperti itu dia tak akan bisa mendapatkan kedudukan di perusahaan.
Setelah menutup telepon Sekertaris Kim bertanya apa mau langsung ke kantor. Presdir Choi berkata kalau mereka harus ke kangnam dulu.


Young Kyu menyapu daun-daun yang kering, rekan sekerjanya melintas. Ia mengingatkan jangan lewat sana karena ada bunga yang sedang tumbuh.
Young kyu memandang bunga itu kemudian menatap langit yang tak kunjung menurunkan hujan, “Bagaimana kau bisa makan?”
Young kyu teringat pada Ma Roo, pandangan matanya menjadi sedih. “Ma Roo, apa dia sudah makan?”


Di belakang Young Kyu, Ny Tae lewat tapi tak menyadari kalau di sana ada Young Kyu. Ny Tae menelepon anak buahnya yang mengawasi pergerakan Dong Joo. “Ikuti terus dan jangan sampai lolos dari penglihatanmu!”
Kemudian Ny Tae menatap sebuah rumah yang ada di depannya.


Cha Dong Joo menyusuri keramaian jalan menggunakan sepeda dengan tas ransel di punggung dan earphone di telinganya.


Tak jauh dari Dong Joo mengendarai sepeda, Woo Ri dan Seung Chul jalan bersama. Woo Ri menelepon Manajer teamnya dan berjanji kalau sudah menjual 10 mobil ia akan mentraktir.
Sambil jalan Seung Chul tanya sejak kapan Woo Ri menyukainya, “Ciuman pertamamu kau berikan padaku kan?”
Woo Ri menatap tajam Seung Chul, “Kalau kau berhasil menjual 10 mobil kau akan bisa membayar hutangmu!”

Seung Chul menyombongkan diri kalau ia sanggup menjual 15 mobil bahkan dengan sisa uang itu ia akan membelikan tas untuk Woo Ri.
Seung Chul merangkul Woo Ri dan mengajak minum kopi. Woo Ri marah meminta kawannya jangan hanya memikirkan kopi dan mnyuruh memikirkan bagaimana menjual mobil.
Dengan sedikit tipaun Seung Chul mengalihkan perhatian Woo Ri dan segera kabur. “Hey..!” teriak Woo Ri.

Ada sales minuman menjajakan dagangannya. Banyak orang yang berkerumun. Seung Chul dan Woo Ri tiba disana dan menerima sampel minuman.


Cha Dong Joo menghentikan laju sepedanya dan menatap penjual minuman itu. Ia hanya melihat keramaiannya tak mendengar apapun, Dong Joo hanya tersenyum.


Woo Ri menerima telepon. Ketika menerima telepon ia mendengar ada seseorang mengucapkan kata ‘kotoran semut’
“Ini baunya seperti kotoran semut!” itu kalimat yang didengar Woo Ri. Ia melupakan orang yang meneleponnya. Woo Ri celingukan mancari sumber suara.


Cha Dong Joo tengah berada di kios penjual parfum. Penjual mengatakan kalau itu adalah aroma lylac.


“Ini juga baunya seperti kotoran semut!” sahut Dong Joo.


Woo Ri menatap tajam orang yang mengatakan kotoran semut. Kemudian Dong Joo langsung memakai earphone-nya.
Woo Ri tengingat kalau dulu Ma Roo juga selalu mengenakan earphone dan berkata kalau bunga yang dibawa Woo Ri baunya seperti kotoran semut.


Mata Woo Ri mulai berkaca-kaca, “Oppa....” sebutnya. Dong Joo langsung memacu sepedanya.
Woo Ri akan mengejar, Seung Chul menahan, apa yang kau lakukan?”
“Itu kakak.. Kak Ma Roo!” Woo Ri langsung lari mengejar. Seung Chul mengikutinya.


Tapi sayang Woo Ri kehilangan jejaknya. “Dia memakai earphone!” ucap Woo Ri. Seung Chul berkata apa hanya Ma Roo saja yang menggunakan earphone di negera ini.
“Dia bilang baunya seperti kotoran semut!” sambung Woo Ri. “Hanya dia yang bicara seperti itu. Itu kak Ma Roo, aku yakin itu kak Ma Roo!”

Ada mobil yang mengerem mendadak hampir menabrak Dong Joo, pengemudi mobil marah. Dong Joo menundukan kepalanya tanda minta maaf dan segera pergi dari sana.


Tak terima pengemudi itu langsung menghampiri Dong Joo dan melepas earphone yang dipakai, “Apa kau tuli? kenapa kau memakai benda ini? Bagaimana kalau kecelakan? kenapa kau mengacuhkanku begitu?”


Dong Joo memperhatikan orang yang berbicara padanya itu. pengemudi makin marah, “Kenapa kau menatapku seperti itu?”
Dong Joo merebut earphonenya. Pengemudi masih tak terima, “Apa kau mau mati? Kau mengacuhkanku? Kau akan mati di tanganku hari ini?”
Dan bukkkk pengemudi itu memukul Dong Joo hingga terjatuh. Dong Joo menyentuh bibirnya yang berdarah. Kemudian tertawa ringan.
Pengemudi makin marah melihat Dong Joo tertawa. Ia akan memukul lagi tapi dengan sigap Dong Joo menahan tangan pengemudi, “Apa yang kau lakukan?” Ucap Dong Joo pada pengawalnya.


Penegawal Dong Joo mengerti dan langsung melumpuhkan si pengemudi.


Dong Joo berada di kantor polisi, tapi ia hanya duduk sambil memainkan earphone. Pengemudi protes, “Dia sengaja membuatku marah agar bisa memerasku!”
Polisi berkata kalau identitas korban sudah jelas dan membolehkan pergi. Pengawal berkata kalau ia tak mau berdamai dan kerugian di tanggung sendiri.
Pengawal memberikan kartu identitas Dong Joo dan mengajak majikannya pergi.


Pengemudi masih marah mengira Dong Joo akan memerasnya. Polisi menjelaskan kalau Dong Joo adalah putra dari pemilik Woo Kyung, untuk apa dia memerasmu?
Pengemudi terkejut dan mengejar Dong Joo berusaha minta maaf, “Kalau kau marah pukul saja aku!” Dong Joo tak mempedulikannya.


Di luar kantor polisi tiba-tiba ada yang membuka pintu mobil. Dong Joo melongok ke dalam mobil, “Sampai kapan kau akan terus seperti ini Nyonya Tae Yeon Suk?”
Ny Tae meminta putranya masuk ke mobil dan bertanya kenapa Dong Joo mematikan ponselnya.


Dong Joo mengambil ponsel dan mengaktifkannya lagi. “Kalau kau mengikutiku lagi aku akan benar-benar menghilang!” Dong Joo mengedipkan mata ke ibunya sambil tersenyum. Dong Joo langsung menjalankan sepedanya.


Woo Ri bertemu dengan pelanggan yang membeli mobil melalui dirinya. Pelanggan itu berkata kalau temannya juga ingin membeli mobil. Woo Ri mengambil kartu nama teman dari pelanggan itu ia akan segera menghubunginya.


Woo Ri menghampiri Seung Chul dan berkata kalau ia sudah berhasil menjual mobil lagi.
“Apa kau mau hidup seperti ini setiap hari?" tanya Seung Chul. Woo Ri berkata kalau ia bisa menjual 2 mobil sehari ia bisa membelikan Seung Chul rumah.


Di taman Young Kyu memebersihkan coretan gambar yang ia tempelkan. Gambar denah rumahnya yang dulu disertai dengan foto Ma Roo.
Manajer marah melihatnya, bukannya ia sudah menyuruh untuk merobeknya. Young kyu memohon dan berjanji akan membersihkannya.


“Untuk apa dibersihkan? sebentar lagi juga mau digusur!” manajer berusaha merobek gambar itu.
Young kyu melarang dan berkata tanpa gambar itu Ma Roo takkan bisa pulang. Ini rumah kami, ini dulu rumah kami!”
Manajer berkata kalau sebentar lagi tamu akan segera datang dan direktur akan menghukumnya. Young Kyu berjanji akan membersihkannya setiap hari.


Woo Ri melihat ayahnya dimarahi ia langsung maju, “Manajer kenapa ayahku diperlakukan seperti ini?” Woo Ri mengajak Manajer bicara berdua.


Woo Ri memohon pada manajer. Tapi manajer tetap menyuruh Ayah Woo Ri untuk segera pergi.
Woo Ri mengancam tentang kejadian ketika hujan, “Aku tahu apa yang kau lakukan pada waktu itu manajer!”


Woo Ri menatap tajam Mananjer dan tersenyum penuh ancaman. Manajer berjalan sempoyongan mandengar Woo Ri mengatakan itu.


Young kyu menutun sepedanya dan Woo Ri berjalan di sampingnya. Woo Ri berkata kalau saja malam itu ayahnya tak menengok taman mungkin semua bunga akan mati. “Lebih tepatnya yang harus dipecat itu Manajer bukan ayah!”
“Tidak tidak dipecat itu tidak baik, orang tidak bisa bekerja setelah dipecat. Manajer tak boleh dipecat!” ucap Young Kyu.


Young kyu melihat seorang anak melintas menggunakan sepeda ia kembali teringat Ma Roo. Tahu kalau ayahnya sedih, Woo Ri menghibur dengan berkata kalau Ma Roo bukan anak-anak lagi.
Young kyu : “Ya. Ma Roo sudah berusia 30 tahun sekarang, bukan anak-anak lagi. Dia sudah besar!”
Woo Ri : “Benar, aku sendiri sudah besar kakak pasti lebih besar lagi!”
Woo Ri bertanya pada Ayahnya apa mengingat semua kata-katanya. Young Kyu mengingatnya waktu makan, waktu menyiram bunga, waktu kerja, waktu tidur selalu ia ingat tak pernah lupa.


Woo Ri : Sepertinya ayah hanya memikirkan Kak Ma Roo, tak pernah memikirkanku!”
Young kyu : Tidak.. tidak. Ibu, Mi Sook, Ma Roo. Aku selalu memikirkan keluarga kita!”
Woo Ri : “Sepertinya tidak begitu. Kalau begitu apa yang kau pikirkan tentangku hari ini?”
Ayahnya menjawab Woo Ri yang bertengkar dengan Seung Chul. Woo Ri dan Seung Chul yang berciuman.
Woo Ri meralatnya kalau itu bukan ciuman. Ayahnya minta Woo Ri jangan bohong.

Kemudian Woo Ri teringat kalau salah satu stasiun televisi menghubunginya dan mengajak keluarganya untuk mengisi acara.
“’Ingin bertemu sekali saja’ apa acara itu?” Young kyu senang mendengarnya.


Paman Lee melatih Nenek, Young kyu agar lancar bicara ketika di depan kamera. Mereka menggunakan sendok sebagai microphone-nya. Paman Lee seolah sebagai MC dan bertanya pada Young Kyu.
Young kyu bingung harus menjawab apa.
Paman Lee meminta latihan dipercepat karena ia harus mengantar ayam. Ia kini bertanya seolah Woo Ri yang diwawancarai, “Kapan Ma Roo menghilang?”


Woo Ri menjawab kalau Ma Roo hilang tanggal 20 april 1995 di depan kantor polisi Bucheon. “Kak Ma Ro bilang akan segera kembali tapi ternyata tidak pernah mucul!”
Paman Lee menyahut kalau itu bukan hilang tapi kabur.
Nenek membenarkan kalau Ma Roo itu kabur jadi jangan dicari lagi, “Kalau anak itu kembali akan kupatahkan kakinya!”
Young kyu meminta ibunya jangan bicara seperti itu. “Kalau ibu bilang begitu Ma Roo tak akan mau pulang!”
Woo Ri berpesan Nenek tak boleh bicara seperti itu di depan TV nanti, ia saja yang bicara.
paman Lee menyarankan Woo Ri dan ayahnya saja yang ke stasiun TV jangan mengajak Nenek.

Paman Lee kembali menjadi seorang MC dan meminta Young Kyu mengucapkan sesuatu. Young Kyu bingung, Woo Ri menjelakan bukankah ayahnya ingin bicara dengan Ma Roo, katakanalah!


Young kyu menerima microphone sendoknya. Awalnya menatap tajam, tapi kemudian tatapannya mulai sendu, “Ma Roo ayah bersalah, aku salah Ma Roo!”


Nenek mengumpat anak itu yang salah. Seung chul langsung mengambil apel dan memberikannya pada Nenek supaya diam.


Young kyu menangis dan mengusap air matanya, Ma Roo.. Ma Roo... Ma Roo!” tangis Young kyu kembali pecah, “Ma Roo apa kau sudah makan? Akan kukirimkan makanan padamu setiap hari!”
Woo Ri mengambil sendok mic-nya dan ikut menangis, “Ayah......”


Nenek turut sedih ia ikut bicara, “Ma Roo anak berandalan asal kau tahu ayahmu makan nasi dingin. Nasi hangat dibuat hanya untukmu, menunggumu pulang dimana kau?”
Paman Lee menyuruh anaknya keluar mengajak Woo Ri.


Katiganya jongkok di luar rumah. Paman Lee meminta Woo Ri saja yang pergi. Woo Ri menginginkan ayah dan Nenek ikut tapi Seung Chul meminta Woo Ri kali ini mendengarkan pendapatnya.


Seung Chul menyarankan, “Pertama buanglah kesan kau miskin katakan kalau dia pulang dia bisa memiliki segalanya. Katakan saja akan dibuatkan rumah sakit karena Ma Roo ingin menjadi dokter!”
Kedua dari pada beresiko dia tak pulang jangan berkata padanya kalimat mengumpat.
Yang terakhir sebenarnya tak perlu. Woo Ri penasaran apa itu. “Pergi dengan Bibimu!” sahut Seung Chul. Woo Ri memikirkan baik-baik saran Paman Lee dan Seung Chul.


Young Kyu tidur sekamar dengan ibunya. Ia tak bisa tidur. Ia bertanya apa ibunya sudah tidur tapi tak ada jawaban. Young kyu langsung keluar kamar. Seteleh Young kyu keluar Nenek membuka mata dan mengehala nafasnya.


Young Kyu membuka pintu dan melongok keluar tapi tak ada siapa-siapa. Ia langsung menutup pintunya kembali dan duduk di depan pintu.


Ia membuka dompet dan menatap foto keluarga.


Ia mulai menitikan air mata dan berbicara menggunakan bahasa isyarat sambil menatap ke atas, “Mi sook aku merindukanmu!”
Ia kembali menatap fotonya, “Ma Roo.. Ma Roo cepatlah kembali!”


Woo Ri membuka pintu kamarnya sedikit ia merasakan kesedihan yang dirasakan ayahnya


Disebuah apartemen
Shin ae mabuk dan jalan sempoyongan membawa baju baru dan kalungnya. Ia memamerkan baju dan kalungnya di hadapan Choi Jin Chul yang tengah minum.
Shin Ae berterima kasih karena Choi Jin Chul sudah membelikannya, “Aku punya semua yang kuinginkna tapi kenapa aku merasa hampa? Apa kau juga seperti itu?”
“Aku kesini untuk mencari ketenanagan jadi jangan bicara omong kosong!” sahut Presdir Choi.


Shin Ae : “Aku terkadang marah pada Ma Roo. Aku tak memiliki perasaan padanya tapi kenapa kau merindukannya? kenapa jadi begini?”
Shin Ae melepas kalungnya dan akan pergi mandi.


Presdir Choi menerima telepon dari istrinya. Ny Tae mengatakan kalau Dong Joo sudah menungu di rumah. Shin Ae mendengar percakapan itu.
Presdir Choi akan pulang. Shin Ae marah, “Apa artinya Dong Joo untukmu?”

Ny Tae duduk di ruang tamu, pembantunya datang memberi tahu kalau presdir sudah pulang.


Presdir sampai di halaman rumah. Langkahnya terhenti dan menatap kamar mertuanya di lantai 2. Ia akan masuk rumah tapi ada yang memanggilnya langkahnya kembali terhenti.


“Ayah....” Cha Dong Joo muncul di balkon kamar kakeknya. Dong Joo naik ke pagar balkon ia menatap ayahnya, “Apa aku jatuh dari sini?” tanya Dong Joo.


Presdir menatap Dong Joo dengan tatapan tak mengerti.


Dong Joo melompati pagar balkon dan sekarang ia berdiri di pagar balkon bagian luar. Dong Joo melepas kedua tangannya dan berdiri sempoyongan.


“Cha Dong Joo!” teriak Presdir khawatir.


Tangan Dong Joo langsung menggapai pagar ia terkejut melihat kecemasan ayahnya.


Kemudian Dong Joo tersenyum pada ayahnya.

0 komentar:

Posting Komentar