Detik Berharga
Hari yang biasa dari ibu kota. Tidak ada yang berbeda dari sebelumnya, selain sinar matahari yang masih memancar panas menusuk kulit, walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Aku mendapati diri sedang berjalan di alun-alun, sendirian, sambil menggendong sebuah ransel berisi kamera dan peralatan lainnya. Rencananya aku akan mengabadikan senja Jakarta dan potret beberapa kehidupan pinggir kota.Tak jauh dari situ, terlihat sekelompok pengamen sedang menghentakkan musiknya dengan harapan diberi sedikit uang untuk melanjutkan hidup. Ada yang dengan ceria menyisihkan beberapa koin rupiah untuk mereka. Ada pula yang mengganggap mereka tidak ada.
Aku melanjutkan langkahku, menyusuri alun tersebut dan berhenti di sebuah lalu lintas jalan. Di seberang sana, terlihat sesosok wanita cantik dengan pakaian kantoran. Wajahnya agak kelelahan, dan terlihat tak sabar menunggu lampu hijau pertanda boleh menyeberangi jalan.
Tampaknya ia buru-buru mau pulang ke rumah. Begitu pikirku
Benar saja. Seketika lampu berganti menjadi hijau, wanita tersebut langsung bergegas berlari menyeberangi jalan. semuanya terlihat normal, selain sebuah bus dari arah barat yang terus melaju kencang. Wanita tersebut tak menyadari bahaya yang mengancam, sambil terus melanjutkan lari kecilnya. Dan BRAKKK !!
Sosok anggun itu tertabrak. Tubuhnya menyusup masuk ke bawah bus, dan terseret sejauh 20 meter. Orang-orang sekitar yang menyadari kejadian tersebut langsung kaget, terhenyak. Sebagian berteriak histeris, seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.
Segerombolan pria yang tadinya terlihat duduk santai di pinggir jalan langsung berdiri dan berlari kencang menuju bus yang menabrak wanita itu sembari berteriak, “PEMBUNUHHH!! HAJAR!!” Yang lain berteriak ,”AYOO KEROYOKK!!”
Mereka terlihat sangat sigap, seakan-akan hal ini adalah sebuah rutinitas sehari-hari. Sopir bus yang menyadari ancaman bahaya langsung memacu kendaraannya secepat yang ia bisa, berusaha melarikan diri dari amukan massa.
Beginilah manusia. Selalu lebih asyik mengurusi kepentingan pribadinya.
Kupandangi kembali wanita itu dengan kondisinya yang sangat mengenaskan. Wajah cantiknya telah berganti menjadi sebuah ekspresi diam penuh lumuran darah. Perut nya terbelah, dan beberapa organ dalamnya berhamburan keluar. Aku terhenyak. Semuanya terjadi dalam hitungan detik. Dan sekian detik itu telah mengubah alur hidup wanita itu.
“That’s it?” Kataku dalam hati. “Ia meninggal hanya karena sebuah momen singkat? keluarganya mungkin sedang asik nonton televisi di rumah.”
Aku tertunduk sejenak dan merasa iba. Orang-orang masih kaget dengan insiden ini. Terlihat dari kejauhan mobil polisi melaju lurus menuju ke arah tempat kejadian. Kupandangi sekitar, dan sebuah perasaan mendalam menerpa diriku.
Dunia begitu luas. Ada jutaan manusia hidup berdampingan, dan aku hanya seuntai benang tipis dari sebuah kehidupan. Bahkan bila Dia menghendaki, aku bisa saja mati saat ini juga. Aku merasa kecil
Aku bergegas berbalik arah, sekejap melupakan tujuan awal kenapa melewati tempat ini. Yang ada dipikiran hanya pulang ke rumah secepatnya dan memeluk erat setiap anggota keluarga dan melanjutkan kebahagiaan seperti biasanya.
Aku bersyukur masih bisa merasakan detik-detik kehidupan ini.
0 komentar:
Posting Komentar